salam

Senin, 05 Juli 2010

Sekilas Pengaplikasian Cinta muda mudi n Pandangan Islam

“Hari gini gak punya pacar? Apa kata bu Nia?!”

Begitulah kira-kira jargon yang berkembang di tengah-tengah masyarakat kita sekarang. Sudah menjadi hal yang lumrah kalo para muda-mudinya kita ketahui saling berpasang-pasangan dengan pacarnya masing-masing. Dan hal itu menjadi pemandangan yang lazim pada zaman sekarang. Bahkan yang gak lazim adalah kalo ada pemuda atau pemudi yang nggak pacaran. Bahkan yang nggak pacaran pun menjadi sasaran olok-olokan dan terus dikompori biar orang yang gak pacaran itu menjadi pacaran. Bahkan sampe ada yang rela berkorban untuk mencarikan pacar buat sohibnya yang belum punya pacar. Solid..^^..

”Udah punya pacar?”
”Eh, pacarmu mana?”
”Hare gene gak punya pacar?”
”Loe laki-laki atau bencong sih? Masak gak punya pacar?”
”Ah.. sok alim loe.. sok suci banget”
”Munak loe”
Dan seabrek perkataan lainnya ditujukan kepada orang-orang yang nggak punya pacar.

Dan kayaknya, jargon di atas juga secara sadar atau nggak disadari merasuk kepada para muda-mudi yang menisbatkan diri mereka kepada aktivitas dakwah. Para aktivis dakwah itupun nggak mau ketinggalan zaman.

Para aktivis kan juga manusia. Punya rasa, juga punya hati. Jadi, mereka pun juga bisa merasakan sesuatu yang lazim dinamakan cinta kepada sosok perempuan, atau kalo dalam bahasa dakwahnya dinamakan akhwat. Itu kalo dari sisi para aktivis yang laki-laki (ikhwan). Adapun dari sisi aktivis dakwah perempuan pun sama. Sama-sama punya rasa, sama-sama punya hati dan sama-sama bisa merasakan sesuatu yang dinamakan dengan cinta.

Kalo seandainya di kalangan para non-aktivis, rasa cinta itu bisa diteruskan dengan menikah. Namun sebagian besar dari mereka mengaplikasikan rasa cinta itu dengan dengan aktivitas pacaran. Lalu bagaimana dengan para aktivis? Bagaimana mereka meneruskan rasa cinta itu?

Ternyata, ada beberapa tindak lanjut dari rasa cinta terhadap lawan jenis ini yang bisa diidentifikasi dari para aktivis ini:
1. Sebagian mereka memilih jalan yang instan dan selamat yakni dengan menikah
2. Sebagiannya lagi karena belum sanggup untuk menikah, maka mereka mencintai lawan jenis itu dalam diam.
3. Sebagiannya lagi mengekspresikannya dalam bentuk lain dari pacaran. Mereka mengatakan aktivitas yang dilakoninya adalah ta’aruf. Dan sebagiannya lagi mengatakannya dengan nama Pacaran Islami.

Kalo saya pribadi definisikan, secara umum, pacaran ialah hubungan yang terjalin antara dua orang yang saling mencintai antara laki-laki dan perempuan tanpa ada ikatan pernikahan. Lalu, apa yang membedakan antara pacaran yang konvensional dengan pacaran Islami?

Menurut para pelaku pacaran Islami, hal-hal yang membedakan antara pacaran konvensional dengan pacaran islami adalah aktivitas yang dilakukan oleh para pelakunya. Para pelaku pacaran konvensional, makruf bagi kita apa yang mereka kerjakan. Adapun para pelaku pacaran Islami, mereka mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu ”tidak melanggar” syari’at, bahkan merasa bisa lebih ”mendekatkan diri” kepada Allah.

Gimana ya model pacaran Islami? Kalo kita perkirakan, kira-kira beginilah dia model pacaran Islami:
1. Kalo ketemuan, ngucap salam dulu. ”Assalamu’alaikum...”
2. Tempat ketemuannya di masjid.
3. Waktu ketemuannya gak pake malming segala. Pokoknya pada event2 Islami kayak Syuro’, training, kajian de el el.
4. Kalopun ada yang dibicarakan, maka topik pembicaraannya hanya seputar agenda dakwah.
5. Kalo manggil dengan panggilan habibi dan habibah, akhi dan ukhti atau panggilan-panggilan ”Islami” yang semisal.
6. Kalo malam-malam suka misscall atau ngirim-ngirim sms yang kalimatnya, ”Wahai mujahidku, bangunlah...” atau ”Wahai mujahidahku, bangunlah...” atau yang semisal dengan itu.
7. Kalo ketemuan saling menundukkan pandangan (ghadhul bashar).
8. Gak pake acara sentuh-sentuhan tangan, apalagi cipika-cipiki.
9. Kalo duduk bareng, jaraknya minimal dua meter.
10. Pas nembak, sang ikhwan bilang, ”Ukhti, Uhibbuki fillaah...” dibalas pula sama yang akhwat dengan jawaban, ”Ahabbakalladzii ahbabtanii lahu (Semoga Allah mencintaimu karena engkau telah mencintaiku karena-Nya)” (HR. Abu Dawud IV/333 dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud III/965). Glodak...
Eits, jangan salah lho, mereka pun pake dalil juga. Mau tau dalilnya?

Nabi bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Mungkin juga mereka menggunakan dalil hadits,
Rasulullah bersabda, ”Tidak akan masuk syurga engkau semua itu sehingga engkau semua beriman dan tidak akan dinamakan beriman engkau semua itu sehingga engkau semua saling cinta-mencintai.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Kenapa mereka lebih memilih cara ”aman” untuk menjalin hubungan pra-nikah yang mereka namakan dengan pacaran Islami. Mereka memberikan argumentasi bahwa pacaran Islami adalah sebuah proses awal untuk saling mengenal seseorang dalam rangka menuju pernikahan. Gimana tidak? Zaman sekarang kalo mau cari jodoh itu kudu selektif. Kita nggak mau dong ibaratnya membeli kucing dalam karung? Toh gaya pacaran kitapun beda karena lebih Islami. Tuh buktinya sebagaimana yang diuraikan di atas. Begitu kata mereka.

Mereka melanjutkan, bahwa kita itu butuh seseorang yang kita sayangi yang dengannya kita selalu diingatkan kepada kebaikan. Kita butuh seseorang yang spesial yang senantiasa mengingatkan kita untuk selalu menapaki kebaikan: ada seseorang yang selalu setia membangunkan kita untuk shalat tepat waktu, untuk qiyamul layl, yang ngajakin kita buat ta’lim, dan lain-lainnya. Demikian juga orang yang selalu memotivasi kita di atas jalan dakwah, karena obrolan kita nggak lebih seputar permasalahan dakwah.

Bahkan tau nggak, bahwa pelaku pacaran Islami ini dengan adanya pacaran Islami ini mereka merasa lebih nyaman, tentram, gemah ripah loh jinawi? Yuaa demikianlah yang mereka akui. Bahkan merasa lebih dekat kepada Allah.

Mereka juga beralasan bahwa mereka nggak bisa menikah dengan seseorang yang nggak mereka kenal secara detail. Mau nanya sama orang-orang tentang profilnya atau pernak-perniknya tentang orang yang kita cintai, kita nggak yakin. Toh penilaian masing-masing orang itu kan relatif. Jadi, lebih sreg dan lebih yakin kalo kita yang menilai sendiri secara langsung. Kita kan menikah Cuma sekali dalam seumur hidup Begitu alasan mereka.

Sekilas memang meyakinkan dan ”sesuai” syari’at memang. Tapi, betulkah demikian? Apa betul hal itu bisa mendekatkan diri kepada Allah? Apa betul begitu yang diajarkan oleh syari’at Islam? Apa betul dengan itu semua kita yakin bisa menjaga diri kita dari zina: zina mata, zina hati? Katakanlah mereka bisa selamat dari zina tangan, karena pada prinsipnya pacaran model yang Islami menurut mereka adalah tanpa berpegangan atau bergandengan tangan, karena Rasulullah bersabda, ”Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thabrani dalam Al-Mu'jamul Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283 lihat Ash Shahihah 1/447/226), lalu bagaimana dengan mata dan hati? Kita yakin bahwa yang namanya orang pacaran, masa’ sih menundukkan pandangan terus? Gak asyik dong?..^^..

Padahal Rasulullah bersabda, ”Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah memandang. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i dari Abu Hurairah).
Nah, gimana dengan hadits di atas?

Dari penamaannya saja, tahulah kita kalo pacaran itu bukan dari Islam. Tuh buktinya ada embel-embel Islami di belakangnya. Kalo emang dari Islam, ngapain harus ditambah kata Islami di belakangnya. Suatu perkara yang udah termasuk bagian dari Islam, maka nggak pernah ada lagi embel-embel kata Islami di belakangnya. Yuaa karena emang berasal dari Islam, ngapain harus dikasih embel-embel Islami?

Kita hendaknya berhati-hati dalam menyematkan kata Islami dalam sebuah perkara. Karena boleh jadi dengan tindakan kita itu, kita malah menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah. Termasuk dalam hal ini adalah menyematkan kata Islami di belakang kata pacaran. Demikian juga, jika kita melakukan hal ini, maka sesungguhnya kita telah melakukan pengelabuan kepada masyarakat. Sesuatu yang awalnya terlarang, seolah-olah menjadi sesuatu yang sah dan legal ketika kita sematkan kata Islami di belakang sesuatu tersebut.

Sesuatu yang tidak asing bagi kita bahwa pacaran adalah sebuah sarana yang bisa mendekatkan kita kepada zina, makanya Islam mengharamkannya. Tapi ketika ditambahkan dengan kata Islami di akhir kata pacaran, maka seolah-olah pacaran itu halal.

Berhati-hatilah, karena perilaku semacam ini telah dikabarkan oleh Rasulullah. Dari Abu Malik Al-Asy’ari, bahwa Nabi bersabda, ”Akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutra (bagi laki-laki –red-), minuman keras serta alat-alat musik” (HR. Bukhari dalam shahihnya secara mu’allaq).
Allahua’lam bish showab..
(Al-Faqir ilaa Robbih: Aqil Azizi)
Read MorE...

Minggu, 04 Juli 2010



Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Robiul Awal tahun gajah. Dari pasangan Abdullah dan Siti Aminah, mengapa tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut tahun gajah karena pada saat itu Mekkah akan dihancurkan oleh pasukan bergajah utusan Raja Abrahah.
Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga yang lurus sanadnya, baik dari ayah maupun ibunya. Rasululah dilahirkan dalam keadaan yatim, dalam hal ini ada beberapa hikmah yaitu: untuk pemurnian akidah Rasululah: karena cirri-ciri nabi terakhir adalah seorang yatim : lebih kuat dan mandiri. Ketika Nabi Muhammad memasuki usia mumayis 6 tahun ibunda Siti Aminah wafat dalam perjalanan ziarah ke makam suaminya. Kemudian beliau(Nabi Muhammad) diasuh oleh kakek tercinta abdul mutholib, tak lama kemudian kakeknya meninggal dan beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Tholib. Sejak tinggal dengan pamannya Nabi Muhammad bekerja sebagai penggembala kambing untuk membantu pamannya. Mengapa Rasululah diasuh oleh pamannya? hikmahnya adalah:
1. Abu Tholib adalah satu-satunya paman yang paling mencintai Abdullah
2. Beliau pandai mendidik anak
3. Cerdas, pandai berdagang, dan mempunyai keluarga yang stabil dan disegani para pembesar Quraisy.
Hal ini perlu untuk langkah awal kenabian. Karena untuk penataan jiwa Rasululah agar tidak diganggu. Setelah tumbuh dewasa Nabi Muhammad mulai membantu pamannya untuk berdagang. Dalam masa-masa tersebut terjadi banyak keajaiban, Dimana pun beliau berada beliau selalu dinaungi awan sehingga beliau satu-satunya Nabi yang tidak memiliki bayangan. Dari jarinya keluar air dadanya juga dibelah dan dibersihkan dengan air zam-zam untuk menghilangkan sisi negative kemanusiaan, membuktikan bahwa Rasululah adalah bukan sembarang manusia. Diperkenalkannya dari awal kehidupan Rasululah.
Suatu hari dalam perjalanan dagang bertemulah paman Rasululah dengan seorang pendeta dan peristiwa ini diabadikan didalam Al-Qur’an. Petikan dialok paman Nabi dengan pendeta: pendeta bertanya pada Abu Tholib “Apakah dia putramu?”
Paman Nabi menjawab:” ya dia adalah putraku”, kemudian pendeta berkata “ Engkau berbohong” karena tidak seorang pun yang duduk dipohon itu kecuali ia adalah Nabi dan Nabi terakhir atau adalah seorang yatim piatu dan pendeta itu menyuruh Abu Tholib untuk menjaga dan merawat Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad adalah orang yang suka menolong sesame dan seorang yang jujur, baik hati, tidak sombong, dll. Pada usia 25 tahun Nabi Muhammad menikah dengan Siti khadijah saat itu Siti Khadijah berusia 40 tahun. Nabi Muhammad diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama kali yaitu Surat Al-alaq ayat 1-5 dan wahyu yang paling hebat yang diterima Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Nabi Muhammad tak punya rasa putus asa dan rasa takuk dalam menyiarkan agama Islam walaupun mendapat banyak halangan dari kaum Quraisy.. tekat Nabi Muhammad sangat besar dalam menyiarkan agama Islam , ada dua cara yang digunakan Nabi Muhammad dalam berdakwah yaitu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Sampai-sampai nabi Muhammad diusir dari Mekkah dan Hijrah k Madinah . banyak peperangan yang di Pimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan kaum Quraisy dan dimenangkan oleh kaum muslim.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang Suri Tauladan(contoh yang baik). Dari kejujurannya Nabi Muhammad diberi gelar Al-amin, dan masih banyak gelar yang lain..

Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan hidup Nabi Muhammad diantaranya :
1. Keimannan dan ketaqwaa-Nya pada Alloh SWT
2. Kejujuran-NYA, kejujuran amat diperlukan dalam kehidupan dan kejujuran juga merupakan kunci sukses
3. Keberanian dalam mnjalani hidup
4. Beliau sangat Amanah
5. Suka Menolong
6. Semangat beliau yang tak pernah henti
7. Kesabaran-NYA
8. Rasa takut-NYA pada Alloh SWT
9. Kepandaian-NYA
10. Dalam hidup ini tak ada yang tak mungkin asal kita memiliki Niat yang kuat dan baik.
11. Kebijaksanaan beliau dalam mengambil keputusan
12. Hidup didunia ini hanya sekali maka pergunakan lah hidup ini dengan sebaikmungkin untuk mencari ridho dari Alloh SWT.
Dalam menjalani kehidupan ini keteladanan Nabi Muhammad SAW amat penting untuk kita miliki. Karena Nabi Muhammad adalah Suri Tauladan di dunia ini.
Saat saya dihadapkan pada dua pilihan , saya binggung mana yang harus saya pilih? Namun dari ilmu yang dibawa Nabi Muhammad yang ilmu itu tercantum dalam al-qur’an, say baca bahwa kiat-kiat muslimah dalam memilih, dan dari situ saya bisa mengambil suatu keputusan untuk memilihnya.
Kejujuran memang sangat penting dalam kehidupan kita dan kejujuran akan menimbulkan rasa kepercayaan maka setiap orang yang jujur pasti akan dipercaya, kejujuran,kepercayaan itu harus ada dalam hidup kita . ketika dipilih untuk menempati suatu jabatan saya yakin disitu seseorang yang memilih pasti percaya pada anda, namun kalau sudah dikasih kepercayaan/amanah jangan disalah gunakan.
Banyak pengalaman saya yang terinspurasi dari Nabi Muhammad SAW, karena beliau adalah Suri Tauladan.

Riset membuktikan The Top Ten in world :
1. Nabi Muhammad SAW
2. Isaac Newton
3. Jessus
4. Sidharta Ghautama
5. Confucious
6. St.Paul
7. Tsa’ilun
8. Johann Gutternburg
9. Christoper Colombus
10. Albert Eistein
Referensi buku Sirah Nabawiyah
Read MorE...

Sabtu, 05 Juni 2010

Turunnya Isa al-Masih & Dajjal

TANDA-TANDA KIAMAT
Turunnya Isa al-Masih dan Dajjal

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Rasulullah Muhammad Saw al-Amin sang Paraclete telah bersabda:

"Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga matahari terbit dari arah barat. Maka apabila matahari sudah terbit dari arah barat, lalu para manusiapun akan beriman seluruhnya. Tetapi kelakuan mereka yang demikian pada waktu itu sudah tidak berguna lagi, keimanan seseorang yang belum pernah beriman sebelum peristiwa tersebut atau memang belum pernah berbuat kebaikan dengan keimanan yang sudah dimilikinya itu." (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah)

Hadist diatas, menceritakan salah satu tanda-tanda dari sudah mendekatnya hari kiamah, hari dimana pengadilan Allah akan segera berlaku bagi para makhluk-Nya. Hari dimana semua makhluk bernyawa akan diminta pertanggungan jawab atas seluruh perbuatan yang pernah dilakukan selama hidupnya.

Berkaitan erat dengan hadist diatas kita bisa melihat dalam sabda Rasul dalam dua buah hadistnya yang lain :

"Tiada seorang Nabi-pun yang diutus Allah, melainkan Nabi tersebut akan menakut-nakuti kepada umatnya perkara Dajjal. Dajjal itu akan keluar kepada kamu semua, kemudian tidak samar-samar lagi bagimu semua akan hal-ihwalnya dan tidak samar-samar untukmu semua, bahwa Tuhanmu itu tidak bermata sebelah. Sesungguhnya Dajjal itu bermata sebelah yang tidak dapat digunakan yang sebelah kanannya, seolah-olah matanya itu menonjol kemuka."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

"Demi dzat yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, niscaya, sudah amat dekat sekali saat turunnya 'Isa putra Maryam dikalangan kamu semua yang bertindak sebagai seorang hakim yang adil. Dia akan memecahkan semua kayu salib dan membunuh babi."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

"al-Mahdi akan muncul dari ummatku, Tuhan akan menurunkan hujan untuk manusia, ummat akan merasa senang, ternak hidup (dengan aman), dan bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya dan harta akan diberikan dengan merata."
(Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dan al-Hakim dari Abu Sa'id r.a)

Hadist-hadist diatas menurut hemat penulis, tidak bisa kita tafsirkan sambil lalu saja, disaat-saat seperti sekarang ini, mungkin kita bisa sama-sama memberikan pemahaman dan makna yang baru terhadapnya sesuai dengan situasi dan kondisi jaman yang berlaku.

Nabi Muhammad Saw menceritakan bahwa kiamat itu sudah sangat dekat, dan beliau Saw juga telah memberikan beberapa nubuat mengenai tanda-tanda semakin mendekatnya hari tersebut, dan dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas 4 diantaranya terlebih dahulu.

1. Terbitnya matahari dari arah barat
2. Keluarnya al-Masih Dajjal
3. Turunnya 'Isa al-Masih putera Maryam
4. Datangnya al-Mahdi

Bahwa dalam semua jaman yang telah berlalu kita mengenal terbitnya matahari yang terlihat oleh manusia setiap paginya selalu dari arah timur, matahari merupakan satu sumber energi yang bisa menerangi bumi dari kegelapan, membangkitkan pertumbuhan makhluk-makhluk hidup baik itu manusia, hewan hingga tumbuh-tumbuhan atau mungkin pula didalamnya termasuk makhluk-makhluk halus sebangsa Jin.

Matahari dalam kaitan dengan Hadist diatas memiliki kesamaan dengan ajaran agama yang membimbing manusia dari jalan kesesatan, kegelapan pandangan maupun pemikiran kearah pencerahan, kearah hidayah atau cahaya kebenaran.

Agama yang mampu membangkitkan pertumbuhan makhluk hidup, membina mental dan spiritual agar dapat berperan aktif didalam menjalankan roda kehidupan diatas dunia sebagai satu tugas yang diembankan oleh sang Pencipta, menjadi Khalifah dibumi.

Matahari yang selama ini terbit dari arah Timur bisa kita tafsirkan sebagai munculnya ajaran-ajaran Allah yang mempengaruhi umat manusia dari sebagian besar bagian timur dunia seperti tanah Yerusalem, Palestina hingga semenanjung Arabia.

Cahaya Allah sebagaimana yang pernah disinggung oleh Nabi Musa dalam kitab Ulangan 33:2, telah pernah terbit dari pegunungan Sinai, Seir dan pegunungan Paran didalam kawasan Timur Tengah.

Ajaran yang berisikan petunjuk, pembimbing serta pencerahan kepada manusia untuk menjadi pedoman hidupnya bergerak dan berputar, muncul tenggelam sebagaimana cahaya matahari yang terkadang tampak maupun terhalang.

Ajaran para Nabi yang telah begitu banyak pudar karena nafsu keserakahan manusia terhadap dunia dan emosi yang mendorong rasa fanatisme berlebihan terkadang lebih banyak membuat ajaran-ajaran kebenaran itu terpuruk, terpecah dan berkesan membingungkan.

Arah perpindahan terbitnya matahari dari timur kebarat didalam sabda Nabi Muhammad Saw diatas bisa juga kita berikan penafsiran bahwa cahaya kemenangan Islam, kebangkitan Islam akan muncul dari negeri-negeri Barat.

Negeri-negeri yang kita kenal memiliki pengikut mayoritas penyembah berhala dan pendewaan terhadap manusia yang didalam kacamata orang-orang terdahulu adalah sangat mustahil bisa terjadi justru akan menjadi cikal-bakal bersinarnya kembali Islam keseantero dunia.

Sebagaimana yang kita ketahui, merupakan satu kenyataan yang tidak terbantahkan bahwa jumlah pengunjung gereja diberbagai negeri-negeri dibarat semakin menunjukkan prosentasi yang menurun, padahal dinegeri-negeri tersebut berbagai sarana telah melimpah-limpah untuk menjadi seorang Nasrani sejati.

Orang-orang Eropa dan Barat sudak tidak dapat diharap lagi untuk menjadi bumi yang subur bagi perkembangan ajaran Nasrani, yang dewasa inipun telah menjadi hanya seperti adat, bukan sebagai suatu ajaran agama yang harus dimengerti dan disadari secara jelas. Begitulah tampaknya ajaran Nasrani telah dan akan kehilangan tempat berpijak serta basis yang amat kuat dan kaya raya karena umumnya orang-orang disana telah mampu bersikap kritis dan mau terbuka terhadap akal pikirannya mengenai kebenaran yang ditunjang oleh penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern.

Negeri-negeri yang dahulunya merupakan ajang kebiadaban dunia, penuh sentimen ras, pendeskreditan wanita dan lokalisasi kemaksiatan lainnya kini telah berubah menjadi satu negeri yang memiliki tim ahli, memiliki orang-orang pandai, peneliti dan segudang ilmuwan yang kelak akan menghantarkan mereka dan umat Islam lainnya kepada kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw hampir 15 abad yang silam.

Dari sejarah kita ketahui bahwa sekian banyak para ahli dari bidang Astronomi, Geologi, Kedokteran, Biologi dan seterusnya yang berasal dari negeri barat menemukan fakta-fakta kevalidan al-Qur'an yang tidak mungkin bisa ditulis dan dikarang oleh seorang anak manusia ditengah gurun pasir yang hampa ilmu pengetahuan terhadap tantangan dunia ilmiah abad 20-an.

Pencerahan yang diberikan Allah terhadap para penduduk dinegeri barat ditamsilkan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai munculnya matahari dari arah barat yang akan menyinari bumi kepada keterangan, kepada cahaya kebenaran yang berlandaskan wahyu dan ilmu pengetahuan.

Saat itulah orang-orang akan menyadari bahwa betapa mereka selama ini sebenarnya sudah terlalu jauh mengadakan penyimpangan-penyimpangan dari ajaran para Nabi dan mereka bermaksud untuk kembali kepada ajaran Islam yang hakiki, Islam yang dianut oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Musa, Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad Saw.

Namun Rasul menggambarkan bahwa saat itu sudah akan sangat terlambat bagi mereka untuk menyadari kebenaran itu, kebiasaan yang sudah mengurat akar didalam hati dan keyakinan mereka selama ini telah membuat kebanyakan dari mereka bingung dan memakan buah simalakama. Tidak mudah untuk membunuh pemahaman dan doktrin-doktrin yang melekat didalam diri mereka sejak dari anak-anak.

Hal ini telah difirmankan oleh Allah didalam al-Qur'an :
"Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan isi Neraka itu beberapa banyak dari Jin dan Manusia, yang mempunyai hati tetapi tidak untuk mengerti dengannya, mempunyai mata tidak untuk melihat dengannya dan mempunyai telinga tidak dipergunakan untuk mendengarkan; mereka itu seperti binatang, malah mereka lebih sesat." (Qs. 7:179)

Bahkan didalam kitab Bible sendiri kita dapati pernyataan 'Isa al-Masih :
"Sekalipun melihat, mereka tidak melihat. Sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti." (Matius 13:13)

Hal ikhwal Hadist Nabi mengenai perpindahan arah sang matahari dari arah terbitnya yang di Timur menjadi ke wilayah Barat disambung dengan kemunculan raja angkara murka yang disebut Dajjal yang akan menimbulkan huru-hara diatas dunia.

Rasanya tidak mungkin bila kita bayankan sosok Dajjal seperti monster dalam film-film Power Rangers dan Ultraman.

Dajjal pasti merupakan satu lambang kejahatan yang akan melanda setiap jamannya sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw bahwa semua Nabi terdahulu-pun telah mengingatkan umatnya akan keberadaan dan ulah Dajjal-dajjal yang merusak.

Dajjal digambarkan oleh Rasulullah Muhammad Saw sebagai satu perwujudan yang hanya bisa memandang dengan sebelah mata adalah sebuah bentuk dari kezoliman, ke-egoisan, keculasan serta kepicikan yang akan melanda umat manusia.

Dalam satu Hadistnya, Rasul menjelaskan perihal Dajjal ini secara lebih luas :
"Sesungguhnya Dajjal itu keluar dan bersamanya adalah air dan api; maka apa-apa yang dilihat oleh orang banyak sebagai air, sebenarnya adalah api yang membakar, sedangkan apa yang dilihat oleh orang banyak sebagai api, maka sebenarnya itu adalah air yang dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang bertemu dengannya, hendaklah menjatuhkan dirinya kedalam apa yang dilihatnya sebagai api itu, sebab sesungguhnya yang ini adalah air yang tawar dan nyaman."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Hadist diatas memberikan refleksi kepada kita, betapa akan datang suatu masa dimana orang yang berpegang pada kebenaran akan dianggap telah berhadapan dengan sesuatu yang menggerahkan, sesuatu yang membakar dan dapat menghanguskan.

Suatu jaman dimana fitnah merajalela, kebenaran bisa dibeli, hal yang putih bisa dibalikkan menjadi hitam dan begitupun sebaliknya, abad dimana perzinahan telah dianggap biasa, wanita telah memakai pakaian namun tidak ubahnya seperti telanjang, perampokan, pembunuhan serta makar dianggap sesuatu yang biasa, sebaliknya mereka yang giat menekuni ilmu-ilmu agama, mereka yang sholat dan mengadakan pengajian maupun tablig keagamaan malah dianggap sesuatu yang lucu dan kekanak-kanakan malah tidak jarang dicap sebagai orang-orang fundamentalis dalam konotasi negatif.

Pada saat itu Nabi menyarankan agar orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetap beristiqomah, memiliki pendirian yang mantap dan tegas didalam berakidah, beramaliah serta beragama sebab hal itu akan menghantarkan mereka kepada jalan Allah yang lurus, menjadi hamba-hamba Allah yang bertaqwa yang syurga dan kenikmatan Allah telah menantikannya.

Berpindahnya kebesaran Islam dari Timur ke Barat yang dilambangkan oleh Rasul sebagai perpindahan arah terbit matahari akan disusul dengan kemunculan orang-orang yang berlaku sombong, picik dan culas yang disymbolkan sebagai Dajjal yang berusaha menjatuhkan ajaran Allah yang haq akan diikuti dengan munculnya kembali sosok 'Isa al-Masih dan al-Mahdi yang bahu membahu didalam menumpas kebatilan dan keberadaan Dajjal.

Kehadiran 'Isa al-Masih pada periode akhir jaman bisa merupakan satu makna figuratif atau kiasan dari pemahaman dan kesadaran manusia terhadap ajaran 'Isa al-Masih yang hakiki, pengajaran yang tidak pernah menyimpang dari hukum Nabi-nabi sebelumnya dan mempunyai satu relevansi yang erat sekali terhadap pengajaran Nabi Muhammad Saw yang datang setelah berakhirnya masa kenabian 'Isa al-Masih kepada Bani Israil sekitar 600 tahun sebelum diutusnya sang Paraclete agung itu.

Kita lihat dari kacamata sejarah, betapa banyaknya Ahli Kitab yang mulai merenungi ajaran agamanya dengan membuka pintu objektivitas dan keterbukaan atas doktrin-doktrin yang ada didalam kitab sucinya.

Berapa banyak para pemikir dan cendikiawan Nasrani mulai tidak bisa menerima perbedaan pemahaman antara pengajaran 'Isa yang sejati dengan yang mereka hadapi didalam dakwahan gereja yang bersumberkan kepada Paulus, inilah salah satu bentuk penafsiran bahwa kehadiran 'Isa al-Masih tersebut akan mematahkan kepercayaan akan penyaliban dan kematiannya serta menghilangkan kebiasaan memakan babi.

Beragam studi dan perbandingan telah dilakukan dalam kalangan Yahudi dan Nasrani untuk mendapatkan nilai kebenaran yang sesungguhnya, dan kebanyakan dari mereka akhirnya beralih untuk mengedepankan kelimuwanan dan kecendikiawanan masing-masing didalam menelaah dan mengkaji hingga rata-rata dari mereka akan sampai pada satu titik pemberhentian kepada ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw.

Munculnya pemahaman Saksi Yehovah, Kaum Essenes serta ditemukannya gulungan laut mati yang lebih dikenal dengan sebutan Dead Sea Scroll didalam gua Qumran adalah salah satu contoh kecil dari kembalinya ajaran Nabi 'Isa al-Masih putera Maryam.

Kita lihat dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda :

"Segolongan ummatku akan selalu berperang membela kebenaran, sehingga turunlah 'Isa ibn Maryam pada saat fajar terbit di Baitul-Maqdis (Palestina). Ia turun pada al-Mahdi, maka dikatakan: "Majulah hai Nabi Allah! dan salatlah bersama kami." Maka ia berkata: "Ummat ini menjadi pemimpin (amir) sebagian yang satu pada sebagian yang lain."
(Diriwayatkan oleh Ibn Amr ad-Dani dari Jabir ibn 'Abdillah)

Umat Muhammad Saw senantiasa berhadapan dengan orang-orang yang ingin melepaskan mereka dari keyakinan dan keteguhan akidahnya yang umumnya disebabkan oleh mereka-mereka yang menganut ajaran Nasrani (baca: Kristenisasi), sebagai suatu pertolongan dari Allah terhadap orang-orang yang beriman ini yaitu dengan dikembalikannya kebenaran yang pernah disampaikan oleh 'isa al-Masih yang merupakan dasar dan tokoh utama yang menjadi panutan kaum Masehi.

Kehadiran risalah 'Isa yang sejati ini bertepatan disaat terbit fajar dari Baitul Maqdis, yaitu mulai tercerahkannya orang-orang cendikiawan dan ahli kitab akan kesalahan keyakinan yang telah mereka anut selama ini.

Waktu terbit fajar adalah saat dimana matahari mulai muncul menyinari bumi, yaitu dikala kesadaran mulai menyelimuti para penganut kitab Bible terhadap kandungan-kandungan yang ada didalamnya dan berganti dengan memahami kandungan ajaran Muhammad Saw.

Tampilnya keberadaan 'Isa al-Masih ini menurut Hadist Nabi diatas akan turun kepada al-Mahdi, sebelum kita berbicara mengenai hal ini, mari terlebih dahulu kita mengerti apa yang dimaksud dengan al-Mahdi itu sendiri.

Kata al-Mahdi sering dipasangkan oleh orang dengan perkataan Imam yang berarti Pemimpin, jadi bila disebut sebagai Imam al-Mahdi (baca: Imam Mahdi) maka berarti orang atau pemimpin yang telah mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah.

Dengan demikian bisalah kita tarik garis lurus pengertian ini dengan kriteria apa yang disebut al-Qur'an terhadap orang yang telah mendapatkan petunjuk Allah ini :

"Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan."
(Qs. Al-An'am 6:88)

Berdasarkan ayat diatas terdapatlah kesimpulan, bahwa siapapun bisa menjadi al-Mahdi. Karena petunjuk dan bimbingan dari Allah itu bisa ada pada manusia manapun diantara hamba-hambaNya yang dikehendaki oleh Allah sendiri tanpa mesti terikat dengan satu individu tertentu.

Ayat diatas tidak menunjukkan pengecualian petunjuk dan bimbingan Allah itu hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman saja, sebab keadilan Allah itu tidak terbataskan dan sangat susah untuk bisa kita tebak.

Dalam bukunya yang berjudul Islam Aktual, Jalaludin Rakhmat meriwayatkan bahwa Imam Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata : "Hikmah itu barang berharga yang hilang dari seorang Mukmin, karena itu, dimanapun orang Mukmin menemukan hikmah, maka harus memungutnya. Ambillah hikmah itu walaupun dari orang munafik!"

Begitupun Nabi Muhammad Saw sendiri pernah bersabda :

"Ambillah hikmah dan jangan merisaukan kamu darimaka hikmah itu keluar."

Jadi bisa saja seorang yang kafir mendapatkan bimbingan oleh Allah dalam hal ilmu duniawi, akan tetapi dia hampa dari bimbingan Allah untuk ilmu akhirat. Sebaliknya melalui tangan-tangan orang-orang kafir inilah Allah membuktikan kebesaran-Nya sekaligus mengajarkan kepada kaum Muslimin atas kebenaran risalah Rasul-Nya.

Sebagaimana bunyi dari bagian terakhir ayat tersebut : "Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan."

Ini merupakan penerangan kepada kita, bahwa cendikiawan manapun itu dan berasal dari agama apapun dia tidak menutup kemungkinan bagi Allah untuk membagikan ilmu dunia-Nya kepada mereka, untuk berlaku sebagai al-Mahdi, sebagai orang yang dibimbing Allah.

Akan tetapi jika dalam urusan ke-Tuhanan al-Mahdi ini berlaku ingkar, berlaku menyekutukan Allah terhadap yang lain maka seluruh ilmu dan bimbingan yang diberikan oleh Allah untuknya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa bagi kehidupan akhiratnya kelak.

Dan berdasarkan Hadist yang diriwayatkan oleh Ibn Amr ad-Dani dari Jabir ibn 'Abdillah yang telah kita kutip diatas, bahwa 'Isa al-Masih akan turun kepada al-Mahdi adalah satu perwujudan dari kembalinya ajaran 'Isa yang sejati kepada orang-orang yang telah dibimbing oleh Allah dalam urusan agama yang tidak akan menyalahi satu titikpun terhadap apa-apa yang sudah diajarkan oleh Muhammad Saw.

Kita lihat kembali satu Hadist dibawah ini :

"Manusia akan keluar dari arah timur menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi."
(Diriwayatkan oleh Ibn Majah dan Tabrani dari 'Abdullah ibn Sa'id az-Zubaidi)

Ini juga menjadi satu tambahan nubuat yang jelas, bahwa cahaya kebesaran Islam akan beralih kepada kaum cendikiawan dari negeri barat yang telah mendapatkan hidayah Allah untuk berakidahkan Islam.

Nabi Muhammad Saw memberikan tamsilan bahwa pada masa itu manusia akan keluar dari arah timur, yaitu dari arah umumnya matahari terbit setiap harinya kemudian menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi yang memiliki pengertian tenggelamnya cendikiawan-cendikiawan Muslim dari asal kelahiran Islam kedalam perpecahan dan kebodohannya telah menghantarkan kemegahan dan kebenaran risalah Allah kepada orang-orang Barat.

Kita kenal orang-orang semacam Maurice Bucaille, Napoleon Bonaparte, Will Durant, Ahmad Deedat, Prof. Dr. Joe Leigh Simpson, Proffesor Moore, Thomas Muhammad Clayton, Thomas Irving, Dr. Umar Rolf Baron Ehrenfels, Sir Jalaludin Louder Brunton adalah sederetan kecil dari daftar nama-nama orang yang telah membuktikan kebenaran agama Allah yang berasal dari negeri Barat.

Dan kaum muslimin bersama 'Isa al-Masih akan bahu membahu bersama al-Mahdi didalam menumpas Dajjal, bahwa para pakar ilmu pengetahuan bersama-sama dengan Ahli Kitab yang tercerahkan dan segenap kaum Muslimin akan mengadakan perlawanan terhadap para pembangkang agama, para pimpinan dan masyarakat dinegara zionis yang menawarkan racun dalam bentuk madu kepada masyarakat Islam, menjual neraka dengan nama syurga kepada orang-orang yang beriman.

Semoga kita semua dapat terhindar dari Dajjal-dajjal ini dan bersama mencerahkan kembali bumi Timur dengan ajaran Islam yang sejati, mengembalikan kebenaran dari ajaran 'Isa al-Masih yang telah diselewengkan, menjadi Mahdi-mahdi yang siap bertempur dijalan Allah dengan segenap jiwa, raga dan harta.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar."
(Qs. 49:15)

Wassalam,




Armansyah

Read MorE...

Sabtu, 10 April 2010

Lima (5) "S"..

Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan.

Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.

Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.

Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?

S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?

S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?

S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak.

S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?

Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.

Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.***

Read MorE...

Mencintai Kebersihan

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222)

"Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan, murah hati dan senang kepada kemurahan hati, dermawan dan senang kepada kedermawanan." (HR. Imam Turmuzi)


Kedudukan di sisi Allah dapat kita capai dengan cinta kita terhadap kebersihan. Nabi Muhammad saw mencintai kebersihan. Rasulullah setelah wudhu selalu bersiwak atau menggosok giginya. Demikian pula sesudah makan dan menjelang tidur.

Rasul paling lambat mengguntingkan kukunya seminggu sekali dan pada hari Jum`at. Sangat beruntung bagi orang yang terus-menerus mensucikan dirinya dan mensucikan dirinya dari barang-barang yang bukan miliknya. Yang paling penting barang yang kita punya harus lebih murah dari diri kita. Barang-barang yang mubajir dan tidak bermanfaat harus dia amalkan. Ini akan membuat lebih ringan hisabnya.

Ciri-ciri orang yang hidupnya kotor yaitu tidak merasa dirinya banyak dosa, zuhud ada nya pada orang yang kaya yang tidak terikat oleh kekayaan. Kemuliaan bagi orang yang tidak punya yaitu niatnya selalu dan ikhtiar yang selalu maksimal, kita terhina jika kita tidak punya uang.

Sederhana tidak identik dengan kemuliaan, kalau di dalam dirinya masih ada riya. Semoga di bulan ramadhan ini kita tidak terpikat oleh dunia yang mampir hanya sejenak.

Read MorE...

Sign in Twitter

Twitter

Sign in to Twitter

If you’ve been using Twitter from your phone, click here and we’ll get you signed up on the web.

Create Your Account

Already using Twitter
from your phone? Click here.

Sign In Facebook

Welcome to Facebook

iklan

Support Palestine