salam

Senin, 05 Juli 2010

Sekilas Pengaplikasian Cinta muda mudi n Pandangan Islam

“Hari gini gak punya pacar? Apa kata bu Nia?!”

Begitulah kira-kira jargon yang berkembang di tengah-tengah masyarakat kita sekarang. Sudah menjadi hal yang lumrah kalo para muda-mudinya kita ketahui saling berpasang-pasangan dengan pacarnya masing-masing. Dan hal itu menjadi pemandangan yang lazim pada zaman sekarang. Bahkan yang gak lazim adalah kalo ada pemuda atau pemudi yang nggak pacaran. Bahkan yang nggak pacaran pun menjadi sasaran olok-olokan dan terus dikompori biar orang yang gak pacaran itu menjadi pacaran. Bahkan sampe ada yang rela berkorban untuk mencarikan pacar buat sohibnya yang belum punya pacar. Solid..^^..

”Udah punya pacar?”
”Eh, pacarmu mana?”
”Hare gene gak punya pacar?”
”Loe laki-laki atau bencong sih? Masak gak punya pacar?”
”Ah.. sok alim loe.. sok suci banget”
”Munak loe”
Dan seabrek perkataan lainnya ditujukan kepada orang-orang yang nggak punya pacar.

Dan kayaknya, jargon di atas juga secara sadar atau nggak disadari merasuk kepada para muda-mudi yang menisbatkan diri mereka kepada aktivitas dakwah. Para aktivis dakwah itupun nggak mau ketinggalan zaman.

Para aktivis kan juga manusia. Punya rasa, juga punya hati. Jadi, mereka pun juga bisa merasakan sesuatu yang lazim dinamakan cinta kepada sosok perempuan, atau kalo dalam bahasa dakwahnya dinamakan akhwat. Itu kalo dari sisi para aktivis yang laki-laki (ikhwan). Adapun dari sisi aktivis dakwah perempuan pun sama. Sama-sama punya rasa, sama-sama punya hati dan sama-sama bisa merasakan sesuatu yang dinamakan dengan cinta.

Kalo seandainya di kalangan para non-aktivis, rasa cinta itu bisa diteruskan dengan menikah. Namun sebagian besar dari mereka mengaplikasikan rasa cinta itu dengan dengan aktivitas pacaran. Lalu bagaimana dengan para aktivis? Bagaimana mereka meneruskan rasa cinta itu?

Ternyata, ada beberapa tindak lanjut dari rasa cinta terhadap lawan jenis ini yang bisa diidentifikasi dari para aktivis ini:
1. Sebagian mereka memilih jalan yang instan dan selamat yakni dengan menikah
2. Sebagiannya lagi karena belum sanggup untuk menikah, maka mereka mencintai lawan jenis itu dalam diam.
3. Sebagiannya lagi mengekspresikannya dalam bentuk lain dari pacaran. Mereka mengatakan aktivitas yang dilakoninya adalah ta’aruf. Dan sebagiannya lagi mengatakannya dengan nama Pacaran Islami.

Kalo saya pribadi definisikan, secara umum, pacaran ialah hubungan yang terjalin antara dua orang yang saling mencintai antara laki-laki dan perempuan tanpa ada ikatan pernikahan. Lalu, apa yang membedakan antara pacaran yang konvensional dengan pacaran Islami?

Menurut para pelaku pacaran Islami, hal-hal yang membedakan antara pacaran konvensional dengan pacaran islami adalah aktivitas yang dilakukan oleh para pelakunya. Para pelaku pacaran konvensional, makruf bagi kita apa yang mereka kerjakan. Adapun para pelaku pacaran Islami, mereka mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu ”tidak melanggar” syari’at, bahkan merasa bisa lebih ”mendekatkan diri” kepada Allah.

Gimana ya model pacaran Islami? Kalo kita perkirakan, kira-kira beginilah dia model pacaran Islami:
1. Kalo ketemuan, ngucap salam dulu. ”Assalamu’alaikum...”
2. Tempat ketemuannya di masjid.
3. Waktu ketemuannya gak pake malming segala. Pokoknya pada event2 Islami kayak Syuro’, training, kajian de el el.
4. Kalopun ada yang dibicarakan, maka topik pembicaraannya hanya seputar agenda dakwah.
5. Kalo manggil dengan panggilan habibi dan habibah, akhi dan ukhti atau panggilan-panggilan ”Islami” yang semisal.
6. Kalo malam-malam suka misscall atau ngirim-ngirim sms yang kalimatnya, ”Wahai mujahidku, bangunlah...” atau ”Wahai mujahidahku, bangunlah...” atau yang semisal dengan itu.
7. Kalo ketemuan saling menundukkan pandangan (ghadhul bashar).
8. Gak pake acara sentuh-sentuhan tangan, apalagi cipika-cipiki.
9. Kalo duduk bareng, jaraknya minimal dua meter.
10. Pas nembak, sang ikhwan bilang, ”Ukhti, Uhibbuki fillaah...” dibalas pula sama yang akhwat dengan jawaban, ”Ahabbakalladzii ahbabtanii lahu (Semoga Allah mencintaimu karena engkau telah mencintaiku karena-Nya)” (HR. Abu Dawud IV/333 dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud III/965). Glodak...
Eits, jangan salah lho, mereka pun pake dalil juga. Mau tau dalilnya?

Nabi bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Mungkin juga mereka menggunakan dalil hadits,
Rasulullah bersabda, ”Tidak akan masuk syurga engkau semua itu sehingga engkau semua beriman dan tidak akan dinamakan beriman engkau semua itu sehingga engkau semua saling cinta-mencintai.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Kenapa mereka lebih memilih cara ”aman” untuk menjalin hubungan pra-nikah yang mereka namakan dengan pacaran Islami. Mereka memberikan argumentasi bahwa pacaran Islami adalah sebuah proses awal untuk saling mengenal seseorang dalam rangka menuju pernikahan. Gimana tidak? Zaman sekarang kalo mau cari jodoh itu kudu selektif. Kita nggak mau dong ibaratnya membeli kucing dalam karung? Toh gaya pacaran kitapun beda karena lebih Islami. Tuh buktinya sebagaimana yang diuraikan di atas. Begitu kata mereka.

Mereka melanjutkan, bahwa kita itu butuh seseorang yang kita sayangi yang dengannya kita selalu diingatkan kepada kebaikan. Kita butuh seseorang yang spesial yang senantiasa mengingatkan kita untuk selalu menapaki kebaikan: ada seseorang yang selalu setia membangunkan kita untuk shalat tepat waktu, untuk qiyamul layl, yang ngajakin kita buat ta’lim, dan lain-lainnya. Demikian juga orang yang selalu memotivasi kita di atas jalan dakwah, karena obrolan kita nggak lebih seputar permasalahan dakwah.

Bahkan tau nggak, bahwa pelaku pacaran Islami ini dengan adanya pacaran Islami ini mereka merasa lebih nyaman, tentram, gemah ripah loh jinawi? Yuaa demikianlah yang mereka akui. Bahkan merasa lebih dekat kepada Allah.

Mereka juga beralasan bahwa mereka nggak bisa menikah dengan seseorang yang nggak mereka kenal secara detail. Mau nanya sama orang-orang tentang profilnya atau pernak-perniknya tentang orang yang kita cintai, kita nggak yakin. Toh penilaian masing-masing orang itu kan relatif. Jadi, lebih sreg dan lebih yakin kalo kita yang menilai sendiri secara langsung. Kita kan menikah Cuma sekali dalam seumur hidup Begitu alasan mereka.

Sekilas memang meyakinkan dan ”sesuai” syari’at memang. Tapi, betulkah demikian? Apa betul hal itu bisa mendekatkan diri kepada Allah? Apa betul begitu yang diajarkan oleh syari’at Islam? Apa betul dengan itu semua kita yakin bisa menjaga diri kita dari zina: zina mata, zina hati? Katakanlah mereka bisa selamat dari zina tangan, karena pada prinsipnya pacaran model yang Islami menurut mereka adalah tanpa berpegangan atau bergandengan tangan, karena Rasulullah bersabda, ”Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thabrani dalam Al-Mu'jamul Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283 lihat Ash Shahihah 1/447/226), lalu bagaimana dengan mata dan hati? Kita yakin bahwa yang namanya orang pacaran, masa’ sih menundukkan pandangan terus? Gak asyik dong?..^^..

Padahal Rasulullah bersabda, ”Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah memandang. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i dari Abu Hurairah).
Nah, gimana dengan hadits di atas?

Dari penamaannya saja, tahulah kita kalo pacaran itu bukan dari Islam. Tuh buktinya ada embel-embel Islami di belakangnya. Kalo emang dari Islam, ngapain harus ditambah kata Islami di belakangnya. Suatu perkara yang udah termasuk bagian dari Islam, maka nggak pernah ada lagi embel-embel kata Islami di belakangnya. Yuaa karena emang berasal dari Islam, ngapain harus dikasih embel-embel Islami?

Kita hendaknya berhati-hati dalam menyematkan kata Islami dalam sebuah perkara. Karena boleh jadi dengan tindakan kita itu, kita malah menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah. Termasuk dalam hal ini adalah menyematkan kata Islami di belakang kata pacaran. Demikian juga, jika kita melakukan hal ini, maka sesungguhnya kita telah melakukan pengelabuan kepada masyarakat. Sesuatu yang awalnya terlarang, seolah-olah menjadi sesuatu yang sah dan legal ketika kita sematkan kata Islami di belakang sesuatu tersebut.

Sesuatu yang tidak asing bagi kita bahwa pacaran adalah sebuah sarana yang bisa mendekatkan kita kepada zina, makanya Islam mengharamkannya. Tapi ketika ditambahkan dengan kata Islami di akhir kata pacaran, maka seolah-olah pacaran itu halal.

Berhati-hatilah, karena perilaku semacam ini telah dikabarkan oleh Rasulullah. Dari Abu Malik Al-Asy’ari, bahwa Nabi bersabda, ”Akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutra (bagi laki-laki –red-), minuman keras serta alat-alat musik” (HR. Bukhari dalam shahihnya secara mu’allaq).
Allahua’lam bish showab..
(Al-Faqir ilaa Robbih: Aqil Azizi)
Read MorE...

Minggu, 04 Juli 2010



Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Robiul Awal tahun gajah. Dari pasangan Abdullah dan Siti Aminah, mengapa tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut tahun gajah karena pada saat itu Mekkah akan dihancurkan oleh pasukan bergajah utusan Raja Abrahah.
Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga yang lurus sanadnya, baik dari ayah maupun ibunya. Rasululah dilahirkan dalam keadaan yatim, dalam hal ini ada beberapa hikmah yaitu: untuk pemurnian akidah Rasululah: karena cirri-ciri nabi terakhir adalah seorang yatim : lebih kuat dan mandiri. Ketika Nabi Muhammad memasuki usia mumayis 6 tahun ibunda Siti Aminah wafat dalam perjalanan ziarah ke makam suaminya. Kemudian beliau(Nabi Muhammad) diasuh oleh kakek tercinta abdul mutholib, tak lama kemudian kakeknya meninggal dan beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Tholib. Sejak tinggal dengan pamannya Nabi Muhammad bekerja sebagai penggembala kambing untuk membantu pamannya. Mengapa Rasululah diasuh oleh pamannya? hikmahnya adalah:
1. Abu Tholib adalah satu-satunya paman yang paling mencintai Abdullah
2. Beliau pandai mendidik anak
3. Cerdas, pandai berdagang, dan mempunyai keluarga yang stabil dan disegani para pembesar Quraisy.
Hal ini perlu untuk langkah awal kenabian. Karena untuk penataan jiwa Rasululah agar tidak diganggu. Setelah tumbuh dewasa Nabi Muhammad mulai membantu pamannya untuk berdagang. Dalam masa-masa tersebut terjadi banyak keajaiban, Dimana pun beliau berada beliau selalu dinaungi awan sehingga beliau satu-satunya Nabi yang tidak memiliki bayangan. Dari jarinya keluar air dadanya juga dibelah dan dibersihkan dengan air zam-zam untuk menghilangkan sisi negative kemanusiaan, membuktikan bahwa Rasululah adalah bukan sembarang manusia. Diperkenalkannya dari awal kehidupan Rasululah.
Suatu hari dalam perjalanan dagang bertemulah paman Rasululah dengan seorang pendeta dan peristiwa ini diabadikan didalam Al-Qur’an. Petikan dialok paman Nabi dengan pendeta: pendeta bertanya pada Abu Tholib “Apakah dia putramu?”
Paman Nabi menjawab:” ya dia adalah putraku”, kemudian pendeta berkata “ Engkau berbohong” karena tidak seorang pun yang duduk dipohon itu kecuali ia adalah Nabi dan Nabi terakhir atau adalah seorang yatim piatu dan pendeta itu menyuruh Abu Tholib untuk menjaga dan merawat Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad adalah orang yang suka menolong sesame dan seorang yang jujur, baik hati, tidak sombong, dll. Pada usia 25 tahun Nabi Muhammad menikah dengan Siti khadijah saat itu Siti Khadijah berusia 40 tahun. Nabi Muhammad diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama kali yaitu Surat Al-alaq ayat 1-5 dan wahyu yang paling hebat yang diterima Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Nabi Muhammad tak punya rasa putus asa dan rasa takuk dalam menyiarkan agama Islam walaupun mendapat banyak halangan dari kaum Quraisy.. tekat Nabi Muhammad sangat besar dalam menyiarkan agama Islam , ada dua cara yang digunakan Nabi Muhammad dalam berdakwah yaitu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Sampai-sampai nabi Muhammad diusir dari Mekkah dan Hijrah k Madinah . banyak peperangan yang di Pimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan kaum Quraisy dan dimenangkan oleh kaum muslim.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang Suri Tauladan(contoh yang baik). Dari kejujurannya Nabi Muhammad diberi gelar Al-amin, dan masih banyak gelar yang lain..

Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan hidup Nabi Muhammad diantaranya :
1. Keimannan dan ketaqwaa-Nya pada Alloh SWT
2. Kejujuran-NYA, kejujuran amat diperlukan dalam kehidupan dan kejujuran juga merupakan kunci sukses
3. Keberanian dalam mnjalani hidup
4. Beliau sangat Amanah
5. Suka Menolong
6. Semangat beliau yang tak pernah henti
7. Kesabaran-NYA
8. Rasa takut-NYA pada Alloh SWT
9. Kepandaian-NYA
10. Dalam hidup ini tak ada yang tak mungkin asal kita memiliki Niat yang kuat dan baik.
11. Kebijaksanaan beliau dalam mengambil keputusan
12. Hidup didunia ini hanya sekali maka pergunakan lah hidup ini dengan sebaikmungkin untuk mencari ridho dari Alloh SWT.
Dalam menjalani kehidupan ini keteladanan Nabi Muhammad SAW amat penting untuk kita miliki. Karena Nabi Muhammad adalah Suri Tauladan di dunia ini.
Saat saya dihadapkan pada dua pilihan , saya binggung mana yang harus saya pilih? Namun dari ilmu yang dibawa Nabi Muhammad yang ilmu itu tercantum dalam al-qur’an, say baca bahwa kiat-kiat muslimah dalam memilih, dan dari situ saya bisa mengambil suatu keputusan untuk memilihnya.
Kejujuran memang sangat penting dalam kehidupan kita dan kejujuran akan menimbulkan rasa kepercayaan maka setiap orang yang jujur pasti akan dipercaya, kejujuran,kepercayaan itu harus ada dalam hidup kita . ketika dipilih untuk menempati suatu jabatan saya yakin disitu seseorang yang memilih pasti percaya pada anda, namun kalau sudah dikasih kepercayaan/amanah jangan disalah gunakan.
Banyak pengalaman saya yang terinspurasi dari Nabi Muhammad SAW, karena beliau adalah Suri Tauladan.

Riset membuktikan The Top Ten in world :
1. Nabi Muhammad SAW
2. Isaac Newton
3. Jessus
4. Sidharta Ghautama
5. Confucious
6. St.Paul
7. Tsa’ilun
8. Johann Gutternburg
9. Christoper Colombus
10. Albert Eistein
Referensi buku Sirah Nabawiyah
Read MorE...

Sabtu, 05 Juni 2010

Turunnya Isa al-Masih & Dajjal

TANDA-TANDA KIAMAT
Turunnya Isa al-Masih dan Dajjal

Assalamu'alaykum Wr. Wb.

Rasulullah Muhammad Saw al-Amin sang Paraclete telah bersabda:

"Tidak akan terjadi hari kiamat sehingga matahari terbit dari arah barat. Maka apabila matahari sudah terbit dari arah barat, lalu para manusiapun akan beriman seluruhnya. Tetapi kelakuan mereka yang demikian pada waktu itu sudah tidak berguna lagi, keimanan seseorang yang belum pernah beriman sebelum peristiwa tersebut atau memang belum pernah berbuat kebaikan dengan keimanan yang sudah dimilikinya itu." (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Abu Daud dari Abu Hurairah)

Hadist diatas, menceritakan salah satu tanda-tanda dari sudah mendekatnya hari kiamah, hari dimana pengadilan Allah akan segera berlaku bagi para makhluk-Nya. Hari dimana semua makhluk bernyawa akan diminta pertanggungan jawab atas seluruh perbuatan yang pernah dilakukan selama hidupnya.

Berkaitan erat dengan hadist diatas kita bisa melihat dalam sabda Rasul dalam dua buah hadistnya yang lain :

"Tiada seorang Nabi-pun yang diutus Allah, melainkan Nabi tersebut akan menakut-nakuti kepada umatnya perkara Dajjal. Dajjal itu akan keluar kepada kamu semua, kemudian tidak samar-samar lagi bagimu semua akan hal-ihwalnya dan tidak samar-samar untukmu semua, bahwa Tuhanmu itu tidak bermata sebelah. Sesungguhnya Dajjal itu bermata sebelah yang tidak dapat digunakan yang sebelah kanannya, seolah-olah matanya itu menonjol kemuka."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

"Demi dzat yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, niscaya, sudah amat dekat sekali saat turunnya 'Isa putra Maryam dikalangan kamu semua yang bertindak sebagai seorang hakim yang adil. Dia akan memecahkan semua kayu salib dan membunuh babi."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

"al-Mahdi akan muncul dari ummatku, Tuhan akan menurunkan hujan untuk manusia, ummat akan merasa senang, ternak hidup (dengan aman), dan bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhannya dan harta akan diberikan dengan merata."
(Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dan al-Hakim dari Abu Sa'id r.a)

Hadist-hadist diatas menurut hemat penulis, tidak bisa kita tafsirkan sambil lalu saja, disaat-saat seperti sekarang ini, mungkin kita bisa sama-sama memberikan pemahaman dan makna yang baru terhadapnya sesuai dengan situasi dan kondisi jaman yang berlaku.

Nabi Muhammad Saw menceritakan bahwa kiamat itu sudah sangat dekat, dan beliau Saw juga telah memberikan beberapa nubuat mengenai tanda-tanda semakin mendekatnya hari tersebut, dan dalam kesempatan kali ini, kita akan membahas 4 diantaranya terlebih dahulu.

1. Terbitnya matahari dari arah barat
2. Keluarnya al-Masih Dajjal
3. Turunnya 'Isa al-Masih putera Maryam
4. Datangnya al-Mahdi

Bahwa dalam semua jaman yang telah berlalu kita mengenal terbitnya matahari yang terlihat oleh manusia setiap paginya selalu dari arah timur, matahari merupakan satu sumber energi yang bisa menerangi bumi dari kegelapan, membangkitkan pertumbuhan makhluk-makhluk hidup baik itu manusia, hewan hingga tumbuh-tumbuhan atau mungkin pula didalamnya termasuk makhluk-makhluk halus sebangsa Jin.

Matahari dalam kaitan dengan Hadist diatas memiliki kesamaan dengan ajaran agama yang membimbing manusia dari jalan kesesatan, kegelapan pandangan maupun pemikiran kearah pencerahan, kearah hidayah atau cahaya kebenaran.

Agama yang mampu membangkitkan pertumbuhan makhluk hidup, membina mental dan spiritual agar dapat berperan aktif didalam menjalankan roda kehidupan diatas dunia sebagai satu tugas yang diembankan oleh sang Pencipta, menjadi Khalifah dibumi.

Matahari yang selama ini terbit dari arah Timur bisa kita tafsirkan sebagai munculnya ajaran-ajaran Allah yang mempengaruhi umat manusia dari sebagian besar bagian timur dunia seperti tanah Yerusalem, Palestina hingga semenanjung Arabia.

Cahaya Allah sebagaimana yang pernah disinggung oleh Nabi Musa dalam kitab Ulangan 33:2, telah pernah terbit dari pegunungan Sinai, Seir dan pegunungan Paran didalam kawasan Timur Tengah.

Ajaran yang berisikan petunjuk, pembimbing serta pencerahan kepada manusia untuk menjadi pedoman hidupnya bergerak dan berputar, muncul tenggelam sebagaimana cahaya matahari yang terkadang tampak maupun terhalang.

Ajaran para Nabi yang telah begitu banyak pudar karena nafsu keserakahan manusia terhadap dunia dan emosi yang mendorong rasa fanatisme berlebihan terkadang lebih banyak membuat ajaran-ajaran kebenaran itu terpuruk, terpecah dan berkesan membingungkan.

Arah perpindahan terbitnya matahari dari timur kebarat didalam sabda Nabi Muhammad Saw diatas bisa juga kita berikan penafsiran bahwa cahaya kemenangan Islam, kebangkitan Islam akan muncul dari negeri-negeri Barat.

Negeri-negeri yang kita kenal memiliki pengikut mayoritas penyembah berhala dan pendewaan terhadap manusia yang didalam kacamata orang-orang terdahulu adalah sangat mustahil bisa terjadi justru akan menjadi cikal-bakal bersinarnya kembali Islam keseantero dunia.

Sebagaimana yang kita ketahui, merupakan satu kenyataan yang tidak terbantahkan bahwa jumlah pengunjung gereja diberbagai negeri-negeri dibarat semakin menunjukkan prosentasi yang menurun, padahal dinegeri-negeri tersebut berbagai sarana telah melimpah-limpah untuk menjadi seorang Nasrani sejati.

Orang-orang Eropa dan Barat sudak tidak dapat diharap lagi untuk menjadi bumi yang subur bagi perkembangan ajaran Nasrani, yang dewasa inipun telah menjadi hanya seperti adat, bukan sebagai suatu ajaran agama yang harus dimengerti dan disadari secara jelas. Begitulah tampaknya ajaran Nasrani telah dan akan kehilangan tempat berpijak serta basis yang amat kuat dan kaya raya karena umumnya orang-orang disana telah mampu bersikap kritis dan mau terbuka terhadap akal pikirannya mengenai kebenaran yang ditunjang oleh penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern.

Negeri-negeri yang dahulunya merupakan ajang kebiadaban dunia, penuh sentimen ras, pendeskreditan wanita dan lokalisasi kemaksiatan lainnya kini telah berubah menjadi satu negeri yang memiliki tim ahli, memiliki orang-orang pandai, peneliti dan segudang ilmuwan yang kelak akan menghantarkan mereka dan umat Islam lainnya kepada kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw hampir 15 abad yang silam.

Dari sejarah kita ketahui bahwa sekian banyak para ahli dari bidang Astronomi, Geologi, Kedokteran, Biologi dan seterusnya yang berasal dari negeri barat menemukan fakta-fakta kevalidan al-Qur'an yang tidak mungkin bisa ditulis dan dikarang oleh seorang anak manusia ditengah gurun pasir yang hampa ilmu pengetahuan terhadap tantangan dunia ilmiah abad 20-an.

Pencerahan yang diberikan Allah terhadap para penduduk dinegeri barat ditamsilkan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai munculnya matahari dari arah barat yang akan menyinari bumi kepada keterangan, kepada cahaya kebenaran yang berlandaskan wahyu dan ilmu pengetahuan.

Saat itulah orang-orang akan menyadari bahwa betapa mereka selama ini sebenarnya sudah terlalu jauh mengadakan penyimpangan-penyimpangan dari ajaran para Nabi dan mereka bermaksud untuk kembali kepada ajaran Islam yang hakiki, Islam yang dianut oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Musa, Nabi 'Isa dan Nabi Muhammad Saw.

Namun Rasul menggambarkan bahwa saat itu sudah akan sangat terlambat bagi mereka untuk menyadari kebenaran itu, kebiasaan yang sudah mengurat akar didalam hati dan keyakinan mereka selama ini telah membuat kebanyakan dari mereka bingung dan memakan buah simalakama. Tidak mudah untuk membunuh pemahaman dan doktrin-doktrin yang melekat didalam diri mereka sejak dari anak-anak.

Hal ini telah difirmankan oleh Allah didalam al-Qur'an :
"Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan isi Neraka itu beberapa banyak dari Jin dan Manusia, yang mempunyai hati tetapi tidak untuk mengerti dengannya, mempunyai mata tidak untuk melihat dengannya dan mempunyai telinga tidak dipergunakan untuk mendengarkan; mereka itu seperti binatang, malah mereka lebih sesat." (Qs. 7:179)

Bahkan didalam kitab Bible sendiri kita dapati pernyataan 'Isa al-Masih :
"Sekalipun melihat, mereka tidak melihat. Sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti." (Matius 13:13)

Hal ikhwal Hadist Nabi mengenai perpindahan arah sang matahari dari arah terbitnya yang di Timur menjadi ke wilayah Barat disambung dengan kemunculan raja angkara murka yang disebut Dajjal yang akan menimbulkan huru-hara diatas dunia.

Rasanya tidak mungkin bila kita bayankan sosok Dajjal seperti monster dalam film-film Power Rangers dan Ultraman.

Dajjal pasti merupakan satu lambang kejahatan yang akan melanda setiap jamannya sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw bahwa semua Nabi terdahulu-pun telah mengingatkan umatnya akan keberadaan dan ulah Dajjal-dajjal yang merusak.

Dajjal digambarkan oleh Rasulullah Muhammad Saw sebagai satu perwujudan yang hanya bisa memandang dengan sebelah mata adalah sebuah bentuk dari kezoliman, ke-egoisan, keculasan serta kepicikan yang akan melanda umat manusia.

Dalam satu Hadistnya, Rasul menjelaskan perihal Dajjal ini secara lebih luas :
"Sesungguhnya Dajjal itu keluar dan bersamanya adalah air dan api; maka apa-apa yang dilihat oleh orang banyak sebagai air, sebenarnya adalah api yang membakar, sedangkan apa yang dilihat oleh orang banyak sebagai api, maka sebenarnya itu adalah air yang dingin dan tawar. Maka barangsiapa yang bertemu dengannya, hendaklah menjatuhkan dirinya kedalam apa yang dilihatnya sebagai api itu, sebab sesungguhnya yang ini adalah air yang tawar dan nyaman."
(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)

Hadist diatas memberikan refleksi kepada kita, betapa akan datang suatu masa dimana orang yang berpegang pada kebenaran akan dianggap telah berhadapan dengan sesuatu yang menggerahkan, sesuatu yang membakar dan dapat menghanguskan.

Suatu jaman dimana fitnah merajalela, kebenaran bisa dibeli, hal yang putih bisa dibalikkan menjadi hitam dan begitupun sebaliknya, abad dimana perzinahan telah dianggap biasa, wanita telah memakai pakaian namun tidak ubahnya seperti telanjang, perampokan, pembunuhan serta makar dianggap sesuatu yang biasa, sebaliknya mereka yang giat menekuni ilmu-ilmu agama, mereka yang sholat dan mengadakan pengajian maupun tablig keagamaan malah dianggap sesuatu yang lucu dan kekanak-kanakan malah tidak jarang dicap sebagai orang-orang fundamentalis dalam konotasi negatif.

Pada saat itu Nabi menyarankan agar orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, tetap beristiqomah, memiliki pendirian yang mantap dan tegas didalam berakidah, beramaliah serta beragama sebab hal itu akan menghantarkan mereka kepada jalan Allah yang lurus, menjadi hamba-hamba Allah yang bertaqwa yang syurga dan kenikmatan Allah telah menantikannya.

Berpindahnya kebesaran Islam dari Timur ke Barat yang dilambangkan oleh Rasul sebagai perpindahan arah terbit matahari akan disusul dengan kemunculan orang-orang yang berlaku sombong, picik dan culas yang disymbolkan sebagai Dajjal yang berusaha menjatuhkan ajaran Allah yang haq akan diikuti dengan munculnya kembali sosok 'Isa al-Masih dan al-Mahdi yang bahu membahu didalam menumpas kebatilan dan keberadaan Dajjal.

Kehadiran 'Isa al-Masih pada periode akhir jaman bisa merupakan satu makna figuratif atau kiasan dari pemahaman dan kesadaran manusia terhadap ajaran 'Isa al-Masih yang hakiki, pengajaran yang tidak pernah menyimpang dari hukum Nabi-nabi sebelumnya dan mempunyai satu relevansi yang erat sekali terhadap pengajaran Nabi Muhammad Saw yang datang setelah berakhirnya masa kenabian 'Isa al-Masih kepada Bani Israil sekitar 600 tahun sebelum diutusnya sang Paraclete agung itu.

Kita lihat dari kacamata sejarah, betapa banyaknya Ahli Kitab yang mulai merenungi ajaran agamanya dengan membuka pintu objektivitas dan keterbukaan atas doktrin-doktrin yang ada didalam kitab sucinya.

Berapa banyak para pemikir dan cendikiawan Nasrani mulai tidak bisa menerima perbedaan pemahaman antara pengajaran 'Isa yang sejati dengan yang mereka hadapi didalam dakwahan gereja yang bersumberkan kepada Paulus, inilah salah satu bentuk penafsiran bahwa kehadiran 'Isa al-Masih tersebut akan mematahkan kepercayaan akan penyaliban dan kematiannya serta menghilangkan kebiasaan memakan babi.

Beragam studi dan perbandingan telah dilakukan dalam kalangan Yahudi dan Nasrani untuk mendapatkan nilai kebenaran yang sesungguhnya, dan kebanyakan dari mereka akhirnya beralih untuk mengedepankan kelimuwanan dan kecendikiawanan masing-masing didalam menelaah dan mengkaji hingga rata-rata dari mereka akan sampai pada satu titik pemberhentian kepada ajaran yang dibawa oleh Muhammad Saw.

Munculnya pemahaman Saksi Yehovah, Kaum Essenes serta ditemukannya gulungan laut mati yang lebih dikenal dengan sebutan Dead Sea Scroll didalam gua Qumran adalah salah satu contoh kecil dari kembalinya ajaran Nabi 'Isa al-Masih putera Maryam.

Kita lihat dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda :

"Segolongan ummatku akan selalu berperang membela kebenaran, sehingga turunlah 'Isa ibn Maryam pada saat fajar terbit di Baitul-Maqdis (Palestina). Ia turun pada al-Mahdi, maka dikatakan: "Majulah hai Nabi Allah! dan salatlah bersama kami." Maka ia berkata: "Ummat ini menjadi pemimpin (amir) sebagian yang satu pada sebagian yang lain."
(Diriwayatkan oleh Ibn Amr ad-Dani dari Jabir ibn 'Abdillah)

Umat Muhammad Saw senantiasa berhadapan dengan orang-orang yang ingin melepaskan mereka dari keyakinan dan keteguhan akidahnya yang umumnya disebabkan oleh mereka-mereka yang menganut ajaran Nasrani (baca: Kristenisasi), sebagai suatu pertolongan dari Allah terhadap orang-orang yang beriman ini yaitu dengan dikembalikannya kebenaran yang pernah disampaikan oleh 'isa al-Masih yang merupakan dasar dan tokoh utama yang menjadi panutan kaum Masehi.

Kehadiran risalah 'Isa yang sejati ini bertepatan disaat terbit fajar dari Baitul Maqdis, yaitu mulai tercerahkannya orang-orang cendikiawan dan ahli kitab akan kesalahan keyakinan yang telah mereka anut selama ini.

Waktu terbit fajar adalah saat dimana matahari mulai muncul menyinari bumi, yaitu dikala kesadaran mulai menyelimuti para penganut kitab Bible terhadap kandungan-kandungan yang ada didalamnya dan berganti dengan memahami kandungan ajaran Muhammad Saw.

Tampilnya keberadaan 'Isa al-Masih ini menurut Hadist Nabi diatas akan turun kepada al-Mahdi, sebelum kita berbicara mengenai hal ini, mari terlebih dahulu kita mengerti apa yang dimaksud dengan al-Mahdi itu sendiri.

Kata al-Mahdi sering dipasangkan oleh orang dengan perkataan Imam yang berarti Pemimpin, jadi bila disebut sebagai Imam al-Mahdi (baca: Imam Mahdi) maka berarti orang atau pemimpin yang telah mendapat hidayah atau petunjuk dari Allah.

Dengan demikian bisalah kita tarik garis lurus pengertian ini dengan kriteria apa yang disebut al-Qur'an terhadap orang yang telah mendapatkan petunjuk Allah ini :

"Itulah petunjuk Allah yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan."
(Qs. Al-An'am 6:88)

Berdasarkan ayat diatas terdapatlah kesimpulan, bahwa siapapun bisa menjadi al-Mahdi. Karena petunjuk dan bimbingan dari Allah itu bisa ada pada manusia manapun diantara hamba-hambaNya yang dikehendaki oleh Allah sendiri tanpa mesti terikat dengan satu individu tertentu.

Ayat diatas tidak menunjukkan pengecualian petunjuk dan bimbingan Allah itu hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman saja, sebab keadilan Allah itu tidak terbataskan dan sangat susah untuk bisa kita tebak.

Dalam bukunya yang berjudul Islam Aktual, Jalaludin Rakhmat meriwayatkan bahwa Imam Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata : "Hikmah itu barang berharga yang hilang dari seorang Mukmin, karena itu, dimanapun orang Mukmin menemukan hikmah, maka harus memungutnya. Ambillah hikmah itu walaupun dari orang munafik!"

Begitupun Nabi Muhammad Saw sendiri pernah bersabda :

"Ambillah hikmah dan jangan merisaukan kamu darimaka hikmah itu keluar."

Jadi bisa saja seorang yang kafir mendapatkan bimbingan oleh Allah dalam hal ilmu duniawi, akan tetapi dia hampa dari bimbingan Allah untuk ilmu akhirat. Sebaliknya melalui tangan-tangan orang-orang kafir inilah Allah membuktikan kebesaran-Nya sekaligus mengajarkan kepada kaum Muslimin atas kebenaran risalah Rasul-Nya.

Sebagaimana bunyi dari bagian terakhir ayat tersebut : "Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan."

Ini merupakan penerangan kepada kita, bahwa cendikiawan manapun itu dan berasal dari agama apapun dia tidak menutup kemungkinan bagi Allah untuk membagikan ilmu dunia-Nya kepada mereka, untuk berlaku sebagai al-Mahdi, sebagai orang yang dibimbing Allah.

Akan tetapi jika dalam urusan ke-Tuhanan al-Mahdi ini berlaku ingkar, berlaku menyekutukan Allah terhadap yang lain maka seluruh ilmu dan bimbingan yang diberikan oleh Allah untuknya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa bagi kehidupan akhiratnya kelak.

Dan berdasarkan Hadist yang diriwayatkan oleh Ibn Amr ad-Dani dari Jabir ibn 'Abdillah yang telah kita kutip diatas, bahwa 'Isa al-Masih akan turun kepada al-Mahdi adalah satu perwujudan dari kembalinya ajaran 'Isa yang sejati kepada orang-orang yang telah dibimbing oleh Allah dalam urusan agama yang tidak akan menyalahi satu titikpun terhadap apa-apa yang sudah diajarkan oleh Muhammad Saw.

Kita lihat kembali satu Hadist dibawah ini :

"Manusia akan keluar dari arah timur menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi."
(Diriwayatkan oleh Ibn Majah dan Tabrani dari 'Abdullah ibn Sa'id az-Zubaidi)

Ini juga menjadi satu tambahan nubuat yang jelas, bahwa cahaya kebesaran Islam akan beralih kepada kaum cendikiawan dari negeri barat yang telah mendapatkan hidayah Allah untuk berakidahkan Islam.

Nabi Muhammad Saw memberikan tamsilan bahwa pada masa itu manusia akan keluar dari arah timur, yaitu dari arah umumnya matahari terbit setiap harinya kemudian menyerahkan kekuasaan kepada al-Mahdi yang memiliki pengertian tenggelamnya cendikiawan-cendikiawan Muslim dari asal kelahiran Islam kedalam perpecahan dan kebodohannya telah menghantarkan kemegahan dan kebenaran risalah Allah kepada orang-orang Barat.

Kita kenal orang-orang semacam Maurice Bucaille, Napoleon Bonaparte, Will Durant, Ahmad Deedat, Prof. Dr. Joe Leigh Simpson, Proffesor Moore, Thomas Muhammad Clayton, Thomas Irving, Dr. Umar Rolf Baron Ehrenfels, Sir Jalaludin Louder Brunton adalah sederetan kecil dari daftar nama-nama orang yang telah membuktikan kebenaran agama Allah yang berasal dari negeri Barat.

Dan kaum muslimin bersama 'Isa al-Masih akan bahu membahu bersama al-Mahdi didalam menumpas Dajjal, bahwa para pakar ilmu pengetahuan bersama-sama dengan Ahli Kitab yang tercerahkan dan segenap kaum Muslimin akan mengadakan perlawanan terhadap para pembangkang agama, para pimpinan dan masyarakat dinegara zionis yang menawarkan racun dalam bentuk madu kepada masyarakat Islam, menjual neraka dengan nama syurga kepada orang-orang yang beriman.

Semoga kita semua dapat terhindar dari Dajjal-dajjal ini dan bersama mencerahkan kembali bumi Timur dengan ajaran Islam yang sejati, mengembalikan kebenaran dari ajaran 'Isa al-Masih yang telah diselewengkan, menjadi Mahdi-mahdi yang siap bertempur dijalan Allah dengan segenap jiwa, raga dan harta.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang percaya kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar."
(Qs. 49:15)

Wassalam,




Armansyah

Read MorE...

Sabtu, 10 April 2010

Lima (5) "S"..

Suatu saat, adzan Maghrib tiba. Kami bersegera shalat di sebuah mesjid yang dikenal dengan tempat mangkalnya aktivis Islam yang mempunyai kesungguhan dalam beribadah. Di sana tampak beberapa pemuda yang berpakaian “khas Islam” sedang menantikan waktu shalat. Kemudian, adzan berkumandang dan qamat pun segera diperdengarkan sesudah shalat sunat. Hal yang menarik adalah begitu sungguh-sungguhnya keinginan imam muda untuk merapikan shaf. Tanda hitam di dahinya, bekas tanda sujud, membuat kami segan.

Namun, tatkala upaya merapikan shaf dikatakan dengan kata-kata yang agak ketus tanpa senyuman, “Shaf, shaf, rapikan shafnya!”, suasana shalat tiba-tiba menjadi tegang karena suara lantang dan keras itu. Karuan saja, pada waktu shalat menjadi sulit khusyu, betapa pun bacan sang imam begitu bagus karena terbayang teguran yang keras tadi.

Seusai shalat, beberapa jemaah shalat tadi tidak kuasa menahan lisan untuk saling bertukar ketegangan yang akhirnya disimpulkan, mereka enggan untuk shalat di tempat itu lagi. Pada saat yang lain, sewaktu kami berjalan-jalan di Perth, sebuah negara bagian di Australia, tibalah kami di sebuah taman. Sungguh mengherankan, karena hampir setiap hari berjumpa dengan penduduk asli, mereka tersenyum dengan sangat ramah dan menyapa “Good Morning!” atau sapa dengan tradisinya. Yang semuanya itu dilakukan dengan wajah cerah dan kesopanan. Kami berupaya menjawab sebisanya untuk menutupi kekagetan dan kekaguman. Ini negara yang sering kita sebut negara kaum kafir.

Dua keadaan ini disampaikan tidak untuk meremehkan siapapun tetapi untuk mengevaluasi kita, ternyata luasnya ilmu, kekuatan ibadah, tingginya kedudukan, tidak ada artinya jikalau kita kehilangan perilaku standar yang dicontohkan Rasulullah SAW, sehingga mudah sekali merontokan kewibawaan dakwah itu sendiri.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dengan berinteraksi dengan sesama ini, bagaimana kalau kita menyebutnya dengan 5 (lima) S : Senyum, salam, sapa, sopan, dan santun.

Kita harus meneliti relung hati kita jikalau kita tersenyum dengan wajah jernih kita rasanya ikut terimbas bahagia. Kata-kata yang disampaikan dengan senyuman yang tulus, rasanya lebih enak didengar daripada dengan wajah bengis dan ketus. Senyuman menambah manisnya wajah walaupun berkulit sangat gelap dan tua keriput. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita termasuk orang yang senang tersenyum untuk orang lain? Mengapa kita berat untuk tersenyum, bahkan dengan orang yang terdekat sekalipun. Padahal Rasulullah yang mulia tidaklah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan wajah yang jernih dan senyum yang tulus. Mengapa kita begitu enggan tersenyum? Kepada orang tua, guru, dan orang-orang yang berada di sekitar kita?

S yang kedua adalah salam. Ketika orang mengucapkan salam kepada kita dengan keikhlasan, rasanya suasana menjadi cair, tiba-tiba kita merasa bersaudara. Kita dengan terburu-buru ingin menjawabnya, di situ ada nuansa tersendiri. Pertanyaannya, mengapa kita begitu enggan untuk lebih dulu mengucapkan salam? Padahal tidak ada resiko apapun. Kita tahu di zaman Rasulullah ada seorang sahabat yang pergi ke pasar, khusus untuk menebarkan salam. Negara kita mayoritas umat Islam, tetapi mengapa kita untuk mendahului mengucapkan salam begitu enggan? Adakah yang salah dalam diri kita?

S ketiga adalah sapa. Mari kita teliti diri kita kalau kita disapa dengan ramah oleh orang lain rasanya suasana jadi akrab dan hangat. Tetapi kalau kita lihat di mesjid, meski duduk seorang jamaah di sebelah kita, toh nyaris kita jarang menyapanya, padahal sama-sama muslim, sama-sama shalat, satu shaf, bahkan berdampingan. Mengapa kita enggan menyapa? Mengapa harus ketus dan keras? Tidakkah kita bisa menyapa getaran kemuliaan yang hadir bersamaan dengan sapaan kita?

S keempat, sopan. Kita selalu terpana dengan orang yang sopan ketika duduk, ketika lewat di depan orang tua. Kita pun menghormatinya. Pertanyaannya, apakah kita termasuk orang yang sopan ketika duduk, berbicara, dan berinteraksi dengan orang-orang yang lebih tua? Sering kita tidak mengukur tingkat kesopanan kita, bahkan kita sering mengorbankannya hanya karena pegal kaki, dengan bersolonjor misalnya. Lalu, kita relakan orang yang di depan kita teremehkan. Patut kiranya kita bertanya pada diri kita, apakah kita orang yang memiliki etika kesopanan atau tidak.

S kelima, santun. Kita pun berdecak kagum melihat orang yang mendahulukan kepentingan orang lain di angkutan umum, di jalanan, atau sedang dalam antrean, demi kebaikan orang lain. Memang orang mengalah memberikan haknya untuk kepentingan orang lain, untuk kebaikan. Ini adalah sebuah pesan tersendiri. Pertanyaannya adalah, sampai sejauh mana kesantunan yang kita miliki? Sejauh mana hak kita telah dinikmati oleh orang lain dan untuk itu kita turut berbahagia? Sejauh mana kelapangdadaan diri kita, sifat pemaaf ataupun kesungguhan kita untuk membalas kebaikan orang yang kurang baik?

Saudara-saudaraku, Islam sudah banyak disampaikan oleh aneka teori dan dalil. Begitu agung dan indah. Yang dibutuhkan sekarang adalah, mana pribadi-pribadi yang indah dan agung itu? Yuk, kita jadikan diri kita sebagai bukti keindahan Islam, walau secara sederhana. Amboi, alangkah indahnya wajah yang jernih, ceria, senyum yang tulus dan ikhlas, membahagiakan siapapun. Betapa nyamannya suasana saat salam hangat ditebar, saling mendo’akan, menyapa dengan ramah, lembut, dan penuh perhatian. Alangkah agungnya pribadi kita, jika penampilan kita selalu sopan dengan siapapun dan dalam kondisi bagaimana pun. Betapa nikmatnya dipandang, jika pribadi kita santun, mau mendahulukan orang lain, rela mengalah dan memberikan haknya, lapang dada,, pemaaf yang tulus, dan ingin membalas keburukan dengan kebaikan serta kemuliaan.

Saudaraku, Insya Allah. Andai diri kita sudah berjuang untuk berperilaku lima S ini, semoga kita termasuk dalam golongan mujahidin dan mujahidah yang akan mengobarkan kemuliaan Islam sebagaimana dicita-citakan Rasulullah SAW, Innama buitsu liutammima makarimal akhlak, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.***

Read MorE...

Mencintai Kebersihan

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al-Baqarah: 222)

"Sesungguhnya Allah baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai kebersihan, murah hati dan senang kepada kemurahan hati, dermawan dan senang kepada kedermawanan." (HR. Imam Turmuzi)


Kedudukan di sisi Allah dapat kita capai dengan cinta kita terhadap kebersihan. Nabi Muhammad saw mencintai kebersihan. Rasulullah setelah wudhu selalu bersiwak atau menggosok giginya. Demikian pula sesudah makan dan menjelang tidur.

Rasul paling lambat mengguntingkan kukunya seminggu sekali dan pada hari Jum`at. Sangat beruntung bagi orang yang terus-menerus mensucikan dirinya dan mensucikan dirinya dari barang-barang yang bukan miliknya. Yang paling penting barang yang kita punya harus lebih murah dari diri kita. Barang-barang yang mubajir dan tidak bermanfaat harus dia amalkan. Ini akan membuat lebih ringan hisabnya.

Ciri-ciri orang yang hidupnya kotor yaitu tidak merasa dirinya banyak dosa, zuhud ada nya pada orang yang kaya yang tidak terikat oleh kekayaan. Kemuliaan bagi orang yang tidak punya yaitu niatnya selalu dan ikhtiar yang selalu maksimal, kita terhina jika kita tidak punya uang.

Sederhana tidak identik dengan kemuliaan, kalau di dalam dirinya masih ada riya. Semoga di bulan ramadhan ini kita tidak terpikat oleh dunia yang mampir hanya sejenak.

Read MorE...

Memperindah Hati

Setiap manusia tentulah sangat menyukai dan merindukan keindahan. Banyak orang yang menganggap keindahan adalah pangkal dari segala puji dan harga. Tidak usah heran kalau banyak orang memburunya. Ada orang yang berani pergi beratus bahkan beribu kilometer semata-mata untuk mencari suasana pemandangan yang indah. Banyak orang rela membuang waktu untuk berlatih mengolah jasmani setiap saat karena sangat ingin memiliki tubuh yang indah. Tak sedikit juga orang berani membelanjakan uangnya berjuta bahkan bermilyar karena sangat rindu memiliki rumah atau kendaraan mewah.

Akan tetapi, apa yang terjadi? Tak jarang kita menyaksikan betapa terhadap orang-orang yang memiliki pakaian dan penampilan yang mahal dan indah, yang datang ternyata bukan penghargaan, melainkan justru penghinaaan. Ada juga orang yang memiliki rumah megah dan mewah, tetapi bukannya mendapatkan pujian, melainkan malah cibiran dan cacian. Mengapa keindahan yang tadinya disangka akan mengangkat derajat kemuliaan malah sebaliknya, padahal kunci keindahan yang sesungguhnya adalah jika sesorang merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati. Inilah pangkal kemuliaan sebenarnya.

Rasulullah SAW pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa, dan pangkat. Akan tetapi, demi Allah sampai saat ini tidak pernah berkurang kemuliaannya. Rasulullah SAW tidak menggunakan singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, sampai detik ini sama sekali tidak pernah luntur pujian dan penghargaan terhadapnya, bahkan hingga kelak datang akhir zaman. Apakah rahasianya? Ternyata semua itu dikarenakan Rasulullah SAW adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan dan kesucian hatinya.

Rasulullah SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu!" (HR. Bukhari dan Muslim).

Boleh saja kita memakai segala apapun yang indah-indah. Namun, kalau tidak memiliki hati yang indah,demi Allah tidak akan pernah ada keindahan yang sebenarnya. Karenanya jangan terpedaya oleh keindahan dunia. Lihatlah, begitu banyak wanita malang yang tidak mengenal moral dan harga diri. Mereka pun tidak kalah indah dan molek wajah, tubuh, ataupun penampilannya. Kendatipun demikian, mereka tetap diberi oleh Allah dunia yang indah dan melimpah.

Ternyata dunia dan kemewahan bukanlah tanda kemuliaan yang sesungguhnya karena orang-orang yang rusak dan durjana sekalipun diberi aneka kemewahan yang melimpah ruah oleh Allah. Kunci bagi orang-orang yang ingin sukses, yang ingin benar-benar merasakan lezat dan mulianya hidup, adalah orang-orang yang sangat memelihara serta merawat keindahan dan kesucian qalbunya.

Imam Al Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga golongan, yakni yang sehat (qolbun shahih), hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang mati (qolbun mayyit).

Seseorang yang memiliki hati sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar sudah melewati perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang bersih.

Orang yang paling beruntung memiliki hati yang sehat adalah orang yang dapat mengenal Allah Azza wa Jalla dengan baik. Semakin cemerlang hatinya, maka akan semakin mengenal dia. Penguasa jagat raya alam semesta ini. Ia akan memiliki mutu pribadi yang begitu hebat dan mempesona. Tidak akan pernah menjadi ujub dan takabur ketika mendapatkan sesuatu, namun sebaliknya akan menjadi orang yang tersungkur bersujud. Semakin tinggi pangkatnya, akan membuatnya semakin rendah hati. Kian melimpah hartanya, ia akan kian dermawan. Semua itu dikarenakan ia menyadari, bahwa semua yang ada adalah titipan Allah semata. Tidak dinafkahkan di jalan Allah, pasti Allah akan mengambilnya jika Dia kehendaki.

Semakin bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti rasa syukur. Dikaruniai apa saja, kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakini bahwa semua ini adalah titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sikap ujub dan takabur. Persis seperti ucapan yang terlontar dari lisan Nabi Sulaiman AS, tatkala dirinya dianugerahi Allah berbagai kelebihan, "Haadzaa min fadhli Rabbii, liyabluwani a-asykuru am afkuru." (QS. An Naml [27] : 40). Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah aku mampu bersyukur atau malah kufur atas nikmat-Nya.

Suatu saat bagi Allah akan menimpakkan ujian dan bala. Bagi orang yang hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan persoalan yang menimpa justru benar-benar akan membuatnya kian merasakan indahnya hidup ini. Karena, orang yang mengenal Allah dengan baik berkat hati yang bersih, akan merasa yakin bahwa ujian adalah salah satu perangkat kasih sayang Allah, yang membuat seseorang semakin bermutu.

Dengan persoalan akan menjadikannya semakin bertambah ilmu. Dengan persoalan akan bertambahlah ganjaran. Dengan persoalan pula derajat kemuliaan seorang hamba Allah akan bertambah baik, sehingga ia tidak pernah resah, kecewa, dan berkeluh kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yang harus dinikmati dalam hidup ini.

Oleh karenanya, tidak usah heran orang yang hatinya bersih, ditimpa apapun dalam hidup ini, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam. Tidak pernah akan berguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat karang yang tegak tegar, dihantam ombak sedahsyat apapun tidak akan pernah roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan. Yang ada hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia amat yakin dengan janji Allah, "Laa yukalifullahu nafasan illa wus’ahaa." (QS. Al Baqarah [2] : 286). Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Pasti semua yang menimpa sudah diukur oleh-Nya. Mahasuci Allah dari perbuatan zhalim kepada hamba-hamba-Nya.

Ia sangat yakin bahwa hujan pasti berhenti. Badai pasti berlalu. Malam pasti berganti menjadi siang. Tidak ada satu pun ujian yang menimpa, kecuali pasti akan ada titik akhirnya. Ia tidak berubah bagai intan yang akan tetap kemilau walaupun dihantam dengan apapun jua.

Memang luar biasa orang yang memiliki hati yang bersih. Nikmat datang tak pernah membuatnya lalai bersyukur, sementara sekalipun musibah yang menerjang, sama sekali tidak akan pernah mengurangi keyakinan akan curahan kasih sayang-Nya. Semua itu dikarenakan ia bisa menyelami sesuatu secara lebih dalam atas musibah yang menimpa dirinya, sehingga tergapailah sang mutiara hikmah. Subhanallaah, sungguh teramat beruntung siapapun yang senantiasa berikhtiar dengan sekuat-kuatnya untuk memperindah qolbunya.***


Read MorE...

Membangun Kredibilitas

PERTAMA : "Aku Harus Jujur Yang Terbukti dan Teruji"
Aku menyadari bahwa kejujuran adalah perilaku kunci yang sangat efektif untuk membangun kredibilitas atau bahkan sebaliknya menghancurkanku.

Karenanya aku tidak akan sekali-kali berbohong atau terpancing untuk menambah omongan sehingga menjadi dusta walau dengan gurauan sekalipun. Aku hanya akan mengatakan yang aku yakini kebenarannya.

Aku tidak akan pernah mengingkari janji, aku pastikan setiap janji yang kuucapkan sudah aku perhitungkan matang-matang, dan aku akan berusaha dengan keras untuk memenuhi janji itu walaupun harus berkorban banyak hal.

Aku akan tepat waktu dalam segala hal, tidak akan terlambat atau gemar menunda-nunda atau bahkan mengakhirkan padahal banyak kesempatan.

Akan kubiasakan untuk mempunyai fakta dan data yang jelas, bersikap terbuka serta tidak bertindak sembunyi-sembunyi atau menyembunyikan banyak hal (tentu saja kekecualian pada hal-hal yang menurut agama patut disembunyikan)

Aku harus pula memiliki kemampuan untuk mengevaluasi diri, memperbaiki dan bertanggung jawab dengan tulus terhadap apapun yang terjadi sehingga akan menjadikan pancaran yang akan turut menghapuskan kesalahan yang pernah kulakukan.

Aku tidak akan pernah patah semangat dan berputus asa, peluang untuk berubah sangat luas namun semua butuh proses, percayalah ALLOH Maha Pemberi Jalan dan sangat mudah baginya untuk memuliakan atau menjatuhkan siapapun.


KEDUA : "Aku Harus Cakap"
Aku menyadari bahwa walaupun kejujuran sudah teruji dan terbukti tapi apabila lalai dalam melaksanakan tugas, tetap akan merontokkan kredibilitas

Sehingga Aku menyadari sangatlah penting untuk memiliki selera dan tradisi berbuat, berkarya dengan semaksimal mungkin tidak hanya sesuai target bahkan kalau bisa lebih dari target.

Untuk menjadi cakap aku tahu kuncinya, yaitu harus melatih diri, mengembangkan kemampuan wawasan dan keterampilan secara kontinyu dan sistematis sehingga memiliki kesiapan memadai.

Setiap melakukan sesuatu aku mengawali segalanya dengan perencanaan yang baik karena perencanaan yang gagal berarti sama dengan merencanakan gagal. Mottoku "LEBIH BAIK BERSIMBAH KERINGAT dalam latihan, daripada BERSIMBAH DARAH DALAM PERTEMPURAN".

Aku selalu melakukan check and recheck. Hal ini agar kesempatan untuk melakukan kesalahan dapat aku minimalkan.

Segala sesuatu harus aku lakukan dengan kesungguhan, hati-hati dan cermat. Jangan menganggap remeh kelalaian dan kecerobohan karena ini adalah biangnya kesalahan dan kegagalan.

Dalam setiap tahapan aku harus mengevaluasi diri sebagai kontrol agar aku tidak kebablasan dalam melakukan kesalahan. Percayalah merenung sejenak akan membuat karyaku semakin bermutu.

Aku harus menyempurnakan amal, karena itu merupakan kenikmatan. Sekali lagi akan aku nikmati menyempurnakan apa yang bisa kulakukan.

Jikalau aku tergelincir melakukan kesalahan secara sengaja atau tidak sengaja maka aku tidak akan rontok seakan-akan habislah segala-galanya. Ingatlah kalau nasi sudah menjadi bubur, pola pikirku adalah menjadikan bubur itu menjadi bubur ayam spesial.


KETIGA : " Aku Harus Inovatif "
Aku menyadari bahwa segala sesuatu yang ada akan berubah, di dunia ini tidak ada satu pun yang tidak berubah, satu-satunya yang tetap adalah perubahan itu sendiri. Maka Aku siapkan diri untuk mengikuti perubahan, karena jikalau aku tidak bisa mengimbanginya, akan tergilaslah Aku oleh perubahan itu.

Amatlah rugi bagiku jika hari kemarin sama dengan hari ini, celakalah aku apabila hari ini lebih buruk dari kemarin, ini berarti aku akan tertinggal jauh dan sulit mengejar orang lain yang komit dengan perubahan.

Untuk bisa inovatif aku senantiasa banyak membaca dan menulis, sehingga kumiliki perpustakaan pribadi, kusediakan dana untuk membeli bahan bacaan, dan kuluangkan waktu untuk membacanya.

Akupun harus banyak berdiskusi dan membaca, caranya dengan kucari dan kumiliki banyak teman dari berbagai disiplin ilmu dan kubiasakan untuk terus mendapatkan masukan, baik dengan bertanya atau mendengarkan. Dan kuusahakan pula memiliki progaram silaturahim secara berkala dan terpola, sehingga perkembangan kemampuanku akan semakin terukur.

Akupun harus banyak melihat dan mengadakan studi banding (benchmark). Kunjunganku baik resmi ataupun tidak adalah ketempat yang dapat menambah wawasan, memancing inspirasi, membuka visi baru, yang pasti nuansa-nuansa baru
akan sangat membantu membangkitkan potensi yang lama terpendam.

Kumiliki waktu luang untuk merenung dan bertafakur tanpa mengganggu kegiatan rutinku. Kucari tempat yang nyaman, kupilih waktu yang tepat. Bagiku sebagai Ummat Islam, ALLOH telah menyediakan tempatnya yaitu tahajjud, dengan simbahan air wudlu, kemudian sujud dan menyerahkan diri. Hal ini berdampak sekali bagiku dalam pengevaluasian langkah yang lebih tepat ke depan.

Akupun harus banyak berbuat dan mencoba. Ku tidak pernah takut untuk mencoba. Guru terbaik bagiku adalah pengalaman.

Akupun harus banyak beribadah dan berdoa. Aku sadar bahwa penguasa segala sesuatu adalah ALLOH Azza wa Jalla.

Sungguh kapanpun akan mati aku telah siap dengan segala sesuatunya setelah aku berusaha mempersembahkan yang terbaik untuk ALLOH, insya Allah semoga apa yang telah kulakukan DAPAT BERMAKNA BAGI DUNIA dan BERARTI AKHIRAT NANTI.



Read MorE...

Manajemen Waktu

Satu desah nafas kita saat menjalani waktu demi waktu, merupakan langkah menuju kubur. Alangkah ruginya kita disaat menjalani sesuatu yang berharga kemudian kita sia-sia kan. Orang yang bodoh adalah jika diberikan modal maka modalnya dihamburkan dengan sia-sia. Begitu juga kita jika sudah diberi modal waktu, kemudian waktunya kita hambur-hamburkan maka kita termasuk orang yang bodoh.

Hikam :
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan menjalankan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr 1-3)

Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya." (HR. Ahmad)

Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari kebenaran, orang yang mengamalkan kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakan kebenaran. Mengatur waktu dengan baik agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan mempetakan, mana yang wajib, mana yang sunah dan mana yang mubah.

Ketenangan tidak harus dengan diam tapi ketenangan bisa kita dapatkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan sholat dan dzikir. Sekecil apapun perbuatan Rasulullah, bebas dari kesia-siaan, efektif dan penuh makna.

Ramadahan ini adalah wahana yang paling tepat bagi diri kita untuk memacu meningkatkan kualitas pemahaman kita terhadap kebenaran sehingga iman kita bertambah, meningkatkan kualitas amal-amal kita sehingga menjadi produktif, meningkatkan kualitas akhlak kita sehingga menjadi suri tauladan dan meningkatkan kualitas kesabaran kita dalam menetapi kebenaran.



Read MorE...

Manajemen Qolbu

Apa itu MQ? Sebenarnya tidak ada perbedaan antara MQ dengan metode dakwah Islam lainnya. di dalamnya pun tidak ada yang baru, semuanya merupakan penjabaran ajaran Islam. Hanya pembahasannya lebih diperdalam, dibeberkan dengan cara yang aktual, dengan inovasi dan kreativitas dakwah yang lebih sesuai dengan kebutuhan zaman. Inti pembelajarannya sendiri ada pada qolbu.


Di dalam tubuh ini ada akal, jasad, dan qolbu. Akal membuat orang bisa bertindak lebih efektif dan efisien dalam melakukan apa yang ia inginkan. Sedangkan tubuh bertugas melakukan apa yang diperintahkan oleh akal. Sebagai contoh, apabila akal menginginkan tubuh mampu berkelahi, maka tubuh akan berlatih agar menjadi kuat. Sayangnya, tidak sedikit orang yang cerdas, orang yang begitu gagah perkasa, tapi tidak menjadi mulia, bahkan sebagian diantaranya membuat kehinaan karena berbuat jahat. Mengapa? Sebab ada satu yang membimbing akal dan tubuh yang belum diefektifkan, itulah qolbu.

Kita ambil contoh lain, sebuah mikrofon bisa menjadi alat provokasi kejahatan, bisa juga jadi alat dakwah dan menyampaikan ilmu, sebuah mikrofon bisa juga menjadi alat bantu berbicara sehingga menjadi fasih, itulah fungsi mikrofon. Artinya, yang menentukan isi dari bahasa yang keluar darinya adalah qolbu. Dalam hal ini Rasulullah SAW menyebutkan bahwa di dalam tubuh ini ada segumpal daging yang jika ia baik maka baik pula yang lainnya, sebaliknya yang apabila ia jelek maka jeleklah semuanya. Dan yang dimaksud daging itu ialah Qolbu.

Jadi, yang terpenting dari manusia ternyata bukan kecerdasannya saja, tapi yang membimbing cerdasnya otak menjadi benar, yang membimbing kuatnya fisik menjadi benar. Disitulah fungsi qolbu. Oleh karenanya, menjadi cerdas belum tentu mulia, kecuali kecerdasannya dipakai untuk berbuat kebenaran. Menjadi kuat belum tentu mulia, kecuali kekuatannya di jalan yang benar.

Di dalam qolbu ini ada yang disebut potensi, faalhamahaa fujuu rahaa wa taqwaaha (QS. Asy Syams [91] : 8), "Dan diilhamkan kepadanya yang salah dan yang taqwa (benar)". Begitulah, qolbu ini punya potensi negatif dan potensi positif. Allah telah menyiapkan keduanya dengan adil. Dan disinilah pentingnya fungsi manajemen. Manajemen secara sederhana berarti pengelolaan dan pentadhiran. Sebuah sistem dengan manajemen yang baik, dengan pengelolaan yang baik, sekecil apapun potensi yang dimiliki, Insya Allah akan membuahkan hasil yang optimal.

Negara Singapura, misalnya, tidak punya Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, bahkan untuk mencukupi kebutuhan air minumnya saja, Singapura harus mengimpornya dari Johor, Malaysia. disisi lain ternyata mereka berhasil mengelola Sumber Daya Manusia (SDM)-nya, sehingga walaupun SDA-nya minim, tapi SDM-nya mampu diberdayakan secara optimal. Hasilnya, kini Singapura menjadi jauh lebih makmur daripada Indonesia yang alamnya sangat kaya raya. Mengapa? Ya, itu tadi, karena bangsa kita lemah dalam manajemennya.

Dapat dipahami pula bahwa kita tidak berakhlak mulia bukan karena tidak punya potensi, tapi karena manajemen diri kita yang masih buruk. Sungguh kita mampu mengelola otak kita menjadi cerdas, membaca dengan kecepatan 400 kpm, memiliki daya ingat yang kuat, yakinlah itu bisa dilakukan. Kita bisa kelola fisik sehingga mampu melakukan sebuah gerakan bela diri demikian sempurna, pukulannya demikian akurat, tapi itu tidak cukup kalau hatinya tidak dikelola dengan baik. Karena semua itu tidak akan memiliki nilai positif jika hatinya tidak dikelola dengan baik. Begitulah. Hati menentukan nilai; mulia atau hina. Jangan aneh bila ada orang cerdas, tapi tidak mulia hidupnya. Bukan karena kurang cerdas, tapi kecerdasannya tidak dibimbing oleh hatinya.

Oleh karena itulah, orang yang pandai mengelola hatinya, ketika tiba-tiba, misalnya, dihina orang, dia akan kelola penghinaan ini menjadi sesuatu yang mamfaat, "Ah, dia memang menghina, namun siapa tahu penghinaan ini bagian dari karunia Allah untuk memberitahu kekurangan saya, selain itu saya pun bisa melatih kesabaran, bedanya khan dia baru bisa menghina, saya bisa mengatakan yang baik kepadanya." Begitulah, sikap terhadap hinaan ternyata bergantung manajemen qolbunya. Saat lain ia diuji sedang sakit, lalu qolbunya kembali ia kelola dengan seoptimal-optimalnya. "Sakit bagi saya adalah proses evaluasi diri, proses pengguguran dosa", demikianlah ia pahamkan dihatinya tentang makna sakit. Akibatnya, sakit menjadi tidak menyengsarakan, melainkan penuh hikmah yang mendalam, karena dia berhasil mengelola hatinya.

Lelah, tersinggung, terhina, kekurangan uang, tertimpa penyakit, dan masih begitu banyak lagi masalah yang akan membuat orang menjadi goyah, tapi kalau terkelola hatinya, subhanallaah, ia akan tetap punya nilai produktif. Anehnya, banyak orang yang sangat sibuk memikirikan kecerdasannya, memikirkan kesehatan fisiknya, tapi sangat sedikit memikirkan kondisi hatinya. Kalaulah kita harus memilih, seharusnya kita banyak meluangkan waktu untuk memikirkan tentang qolbu ini. Karena jika qolbu ini baik, yang lainnya pun menjadi baik, Insya Allah.***


Read MorE...

Lupakan Jasa Dan Kebaikan Diri

Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.


Ketahuilah bahwa semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa ijin Allah. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk. Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah.

Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain maka kita tidak akan mendapat ganjarannya.

Jadi, ketika ada seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka, seberulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Allah-lah yang menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan. Seharusnya dokter sangat berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya. Namun, andaikata sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran.

Juga, tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak merasa berhutang budi. Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu.

Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan aeorang ibu/bapak justru akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik, Insya Allah. Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk sanggup berbalas budi.

Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya. Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru. Karena setiap kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur.

Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal untuk mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya dan dosa.

Andaikata ada sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama sekali.. andaikata kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka lengkaplah kerugiannya lahir maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena tidak ikhlas, yaitu hanya berharap balasan dari makhluk.

Seharusnya yang kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini diijinkan Allah bisa mendorong mobil. Silahkan bayangkan andaikata ada mobil yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya, niscaya kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu kita akan mendorong apa?

Takdir mendorong mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di perjalanan, maka takdir beramal adalah investasi.

Mari kita bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah melakukannya, cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya. Allah SWT pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali adalah senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya.

Selamat berbahagia bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan kebaikan dirinya, percayalah hidup ini akan jauh lebih nikmat, lebih ringan, dan lebih indah. Insya Allah.***


Read MorE...

Kepompong Ramadhan

Semua amal anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali shaum. Maka sesungguhnya shaum itu semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya (Hr. Bukhari Muslim).

Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat burlu memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase dimana ia harus masulk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan mungkin mencari dan kemudian mengoleksinya bagi sebagai hobi (hiasan) ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.

Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah. Menandakan betapa teramat mudahnya bagi Allah Azza wa Jalla, mengubah segala sesuatu dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang indah dan membuat orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui suatu proses perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam (sunnatullah) maupun berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al Hadits.

Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia, maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah, momen yang paling tepat untuk terlahir kemabli adalah ketika memasuki Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam 'kepompong' Ramadhan, lalu segala aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.

Inti dari badah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai hawa nafsu. Allah SWT berfirman, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).

Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih itu? Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang itulah tugas syetan. apalagi seperti halnya hawa nafsu, syetan pun memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni kedua-duanya sama-sama tak terlihat. "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala," demikian firman Allah dalam QS. Al Fathir [25] : 6).

Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan ini Allah mengikat erat syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih diri mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini tidak boleh kita sia-siakan. Ibadah shaum kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja akan tetapi juga semua anggota badan kita lainnya agar mau melaksanakan amalan yang disukai Allah. Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dipelas kembali, mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Hal lain yang paling utama harus kita jaga juga dalam bulan yang sarat dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa membaguskan akhlaknya pada bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia tatkala melewati shirah di mana banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda Rasulullah SAW.

Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya yakni dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut shaum.

Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan.

Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-Nya sehingga setelah 'kepompong' Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitri-an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona, amiin.***



Read MorE...

Nasyid and Mp3 PoP

Nasyid Sebiru Hari ini

target="new">Geoziv"nasyid Sebiru hari ini
Read MorE...

Jumat, 09 April 2010

Ikhlas

Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang ikhlas. karena betapapun kita melakukan sesuatu hingga bersimbah peluh berkuah keringat, habis tenaga dan terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah. Bertempur melawan musuh, tapi kalau hanya ingin disebut sebagai pahlawan, ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut sebagai dermawan, ia pun tidak akan memiliki nilai apapun. Mengumandangkan adzan setiap waktu shalat, tapi selama adzan bukan Allah yang dituju, hanya sekedar ingin memamerkan keindahan suara supaya menjadi juara adzan atau menggetarkan hati seseorang, maka itu hanya teriakan-teriakan yang tidak bernilai di hadapan Allah, tidak bernilai!

Ikhlas, terletak pada niat hati. Luar biasa sekali pentingnya niat ini, karena niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi amat penting dan akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Apakah ikhlas itu? Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. Jadi ketika sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, maka fokus pikiran kita tidak ke kiri dan ke kanan, tapi pikiran kita terfokus bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.

Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Seperti yang dikatakan Imam Ali bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tapi ia akan mengupayakan setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai oleh Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bisa dipertanggungjawabkan artinya. Selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.

Oleh karena itu, jangan terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Mahatahu segala lintasan hati, Mahatahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.

Buah apa yang didapat dari seorang hamba yang ikhlas itu? Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Kita tahu bahwa penantian adalah suatu hal yang tidak menyenangkan. Begitu pula menunggu diberi pujian, juga menjadi sesuatu yang tidak nyaman. Lebih getir lagi kalau yang kita lakukan ternyata tidak dipuji, pasti kita akan kecewa.

Tapi bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Jadi kalau saudara mengepel lantai dan di dalam hati mengharap pujian, tidak usah heran jikalau nanti yang datang justru malah cibiran.

Tidak usah heran pula kalau kita tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup ini. Orang yang tidak ikhlas akan banyak tersinggung dan terkecewakan karena ia memang terlalu banyak berharap. Karenanya biasakanlah kalau sudah berbuat sesuatu, kita lupakan perbuatan itu. Kita titipkan saja di sisi Allah yang pasti aman. Jangan pula disebut-sebut, diingat-ingat, nanti malah berkurang pahalanya.

Lalu, dimanakah letak kekuatan hamba-hamba Allah yang ikhlas? Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa. Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun.

Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas. Setiap kata-katanya tidak akan bagai pisau yang akan mengiris hati. Perilakunya pun tidak akan menyudutkan dan menyempitkan diri. Tidak usah heran jikalau orang ikhlas itu punya daya gugah dan daya ubah yang begitu dahsyat.

Dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ahmad, sebagai berikut :

Tatkala Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptkana gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? "Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?"

Allah menjawab, "Ada, yaitu besi" (Kita mafhum bahwa gunung batu pun bisa menjadi rata ketika dibor dan diluluhlantakkan oleh buldozer atau sejenisnya yang terbuat dari besi).

Para malaikat pun kembali bertanya, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada besi?"

Allah yang Mahasuci menjawab, "Ada, yaitu api" (Besi, bahkan baja bisa menjadi cair, lumer, dan mendidih setelah dibakar bara api).

Bertanya kembali para malaikat, "Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada api?"

Allah yang Mahaagung menjawab, "Ada, yaitu air" (Api membara sedahsyat apapun, niscaya akan padam jika disiram oleh air).

"Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?" Kembali bertanya para malaikta.

Allah yang Mahatinggi dan Mahasempurna menjawab, "Ada, yaitu angin" (Air di samudera luas akan serta merta terangkat, bergulung-gulung, dan menjelma menjadi gelombang raksasa yang dahsyat, tersimbah dan menghempas karang, atau mengombang-ambingkan kapal dan perahu yang tengah berlayar, tiada lain karena dahsyatnya kekuatan angin. Angin ternyata memiliki kekuatan yang teramat dahsyat).

Akhirnya para malaikat pun bertanya lagi, "Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?"

Allah yang Mahagagah dan Mahadahsyat kehebatan-Nya menjawab, "Ada, yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya."

Artinya, orang yang paling hebat, paling kuat, dan paling dahsyat adalah orang yang bersedekah tetapi tetap mampu menguasai dirinya, sehingga sedekah yang dilakukannya bersih, tulus, dan ikhlas tanpa ada unsur pamer ataupun keinginan untuk diketahui orang lain.

Inilah gambaran yang Allah berikan kepada kita bagaimana seorang hamba yang ternyata mempunyai kekuatan dahsyat adalah hamba yang bersedekah, tetapi tetap dalam kondisi ikhlas. Karena naluri dasar kita sebenarnya selalu rindu akan pujian, penghormatan, penghargaan, ucapan terima kasih, dan sebagainya. Kita pun selalu tergelitik untuk memamerkan segala apa yang ada pada diri kita ataupun segala apa yang bisa kita lakukan. Apalagi kalau yang ada pada diri kita atau yang tengah kita lakukan itu berupa kebaikan.

Nah, sahabat. Orang yang ikhlas adalah orang yang punya kekuatan, ia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan. Allaahuakbar.***

Su`udzon atau berburuk sangka dapat membuat hati kita menjadi busuk karena apapun yang kita sangka akan mempengaruhi cara kita berfikir, cara kita bersikap dan cara kita mengambil keputusan. Berbahagialah bagi orang-orang yang bisa berkhusnudzon atau berbaik sangka.

Hikam:
"Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari kesalahan-kesalahan orang lain. Sukakah salah seorang diantara mu memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai, maka tentulah kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha menerima taubat lagi maha penyayang." (QS. Al-Hudzurot: 12)

"Aku ini bagaimana prasangka hambaku kalau ia berprasangka baik maka ia akan mendapat kebaikan, bila ia berprasangka buruk maka keburukan akan menimpanya."

Buruk sangka atau su`udzon dapat merusak hati kita, merusak kebahagiaan kita, merusak akhlak kita, juga merusak apa yang dijanjikan Allah kepada kita. Orang yang gemar berburuk sangka adalah sedusta-dustanya perkataan, dalam berbaik sangka atau husnudzon bukannya membenarkan kesalahan tapi minimal kita jadi tenang, kalau hati sudah tenang, pikiran jernih keputusan bisa kita ambil dengan sikap yang tepat. Tetapi husnudzon itu hanya kepada orang yang beriman karena jika husnudzon tidak menggunakan ilmu maka akan mendatangkan masalah buat kita.

Wanita dilarang oleh Allah sembarang menerima tamu laki-laki, karena itu akan membuat tidak aman dan akan mendatangkan fitnah bagi wanita tersebut. Oleh karena itu menerima tamu di depan rumah bagi wanita bukannya menghina tamu tapi demi keamanan dan menghindarkan fitnah dari orang lain. Jika kita berburuk sangka kepada orang dan orangnya sudah meninggal, maka yang kita lakukan adalah bertaubat dan minta ampun kepada Allah serta mendo`akan orang tersebut.

Mudah-mudahan kita bisa memiliki hati yang jernih dan akan mengakibatkan sikap kita pun menjadi jernih.



Read MorE...

Bersandar Hanya Kepada Allah

Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.


Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, "Faalhamaha fujuraha wataqwaaha", "Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan". Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.

Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.

Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘
sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, "laa khaufun alaihim walahum yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.

Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.

Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan ... Buat apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.

Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera digantikan.

Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.

Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan kepleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.

Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami pergi ke kanotr, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.

"Wahai Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia bisa ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang barokah, tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena Engkaulah yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi amal shaleh."

Insya Allah suami pergei bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah. Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah. "Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu", (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ; Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. "Innallaaha ala kulli sai in kadir".

Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, "Lahaula wala quwata illa billaah" (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.


Read MorE...

Bila Hati Bercahaya

Adakah diantara kita yang merasa mencapai sukses hidup karena telah berhasil meraih segalanya : harta, gelar, pangkat, jabatan, dan kedudukan yang telah menggenggam seluruh isi dunia ini? Marilah kita kaji ulang, seberapa besar sebenarnya nilai dari apa-apa yang telah kita raih selama ini.

Di sebuah harian pernah diberitakan tentang penemuan baru berupa teropong yang diberi nama telescope Hubble. Dengan teropong ini berhasil ditemukan sebanyak lima milyar gugusan galaksi. Padahal yang telah kita ketahui selama ini adalah suatu gugusan bernama galaksi bimasakti, yang di dalamnya terdapat planet-planet yang membuat takjub siapa pun yang mencoba bersungguh-sungguh mempelajarinya. Matahari saja merupakan salah satu planet yang sangat kecil, yang berada dalam gugusan galaksi di dalam tata surya kita. Nah, apalagi planet bumi ini sendiri yang besarnya hanya satu noktah. Sungguh tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan lima milyar gugusan galaksi tersebut. Sungguh alangkah dahsyatnya.

Sayangnya, seringkali orang yang merasa telah berhasil meraih segala apapun yang dirindukannya di bumi ini – dan dengan demikian merasa telah sukses – suka tergelincir hanya mempergauli dunianya saja. Akibatnya, keberadaannya membuat ia bangga dan pongah, tetapi ketiadaannya serta merta membuat lahir batinnya sengsara dan tersiksa. Manakala berhasil mencapai apa yang diinginkannya, ia merasa semua itu hasil usaha dan kerja kerasnya semata, sedangkan ketika gagal mendapatkannya, ia pun serta merta merasa diri sial. Bahkan tidak jarang kesialannya itu ditimpakan atau dicarikan kambing hitamnya pada orang lain.

Orang semacam ini tentu telah lupa bahwa apapun yang diinginkannya dan diusahakan oleh manusia sangat tergantung pada izin Allah Azza wa Jalla. Mati-matian ia berjuang mengejar apa-apa yang dinginkannya, pasti tidak akan dapat dicapai tanpa izin-Nya. Laa haula walaa quwwata illaabillaah! Begitulah kalau orang hanya bergaul, dengan dunia yang ternyata tidak ada apa-apanya ini.

Padahal, seharusnya kita bergaul hanya dengan Allah Azza wa Jalla, Zat yang Maha Menguasai jagat raya, sehingga hati kita tidak akan pernah galau oleh dunia yang kecil mungil ini. Laa khaufun alaihim walaa hum yahjanuun! Samasekali tidak ada kecemasan dalam menghadapi urusan apapun di dunia ini. Semua ini tidak lain karena hatinya selalu sibuk dengan Dia, Zat Pemilik Alam Semesta yang begitu hebat dan dahsyat.

Sikap inilah sesungguhnya yang harus senantiasa kita latih dalam mempergauli kehidupan di dunia ini. Tubuh lekat dengan dunia, tetapi jangan biarkan hati turut lekat dengannya. Ada dan tiadanya segala perkara dunia ini di sisi kita jangan sekali-kali membuat hati goyah karena toh sama pahalanya di sisi Allah. Sekali hati ini lekat dengan dunia, maka adanya akan membuat bangga, sedangkan tiadanya akan membuat kita terluka. Ini berarti kita akan sengsara karenanya, karena ada dan tiada itu akan terus menerus terjadi.

Betapa tidak! Tabiat dunia itu senantisa dipergilirkan. Datang, tertahan, diambil. Mudah, susah. Sehat, sakit. Dipuji, dicaci. Dihormati, direndahkan. Semuanya terjadi silih berganti. Nah, kalau hati kita hanya akrab dengan kejadian-kejadian seperti itu tanpa krab dengan Zat pemilik kejadiannya, maka letihlah hidup kita.

Lain halnya kalau hati kita selalu bersama Allah. Perubahan apa saja dalam episode kehidupan dunia tidak akan ada satu pun yang merugikan kita. Artinya, memang kita harus terus menerus meningkatkan mutu pengenalan kita kepada Allah Azza wa Jalla.

Di antara yang penting yang kita perhatikan sekiranya ingin dicintai Allah adalah bahwa kita harus zuhud terhadap dunia ini. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangsiapa yang zuhud terhadap dunia, niscaya Allah mencintainya, dan barangsiapa yang zuhud terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya manusia mencintainya."

Zuhud terhadap dunia bukan berarti tidak mempunyai hal-hal yang bersifat duniawi, melainkan kita lebih yakin dengan apa yang ada di sisi Allah daripada apa yang ada di tangan kita. Bagi orang-orang yang zuhud terhadap dunia, sebanyak apapun yang dimiliki sama sekali tidak akan membuat hati merasa tentram karena ketentraman itu hanyalah apa-apa yang ada di sisi Allah.

Rasulullah SAW bersabda, "Melakukan zuhud dalam kehidupan di dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan bukan pula memboroskan kekayaan. Zuhud terhadap kehidupan dunia itu ialah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti daripada apa yang ada pada Allah." (HR. Ahmad, Mauqufan)

Andaikata kita merasa lebih tentram dengan sejumlah tabungan di bank, maka berarti kita belum zuhud. Seberapa besar pun uang tabungan kita, seharusnya kita lebih merasa tentram dengan jaminan Allah. Ini dikarenakan apapun yang kita miliki belum tentu menjadi rizki kita kalau tidak ada izin Allah.

Sekiranya kita memiliki orang tua atau sahabat yang memiliki kedudukan tertentu, hendaknya kita tidak sampai merasa tentram dengan jaminan mereka atau siapa pun. Karena, semua itu tidak akan datang kepada kita, kecuali dengan izin Allah.

Orang yang zuhud terhadap dunia melihat apapun yang dimilikinya tidak menjadi jaminan. Ia lebih suka dengan jaminan Allah karena walaupun tidak tampak dan tidak tertulis, tetapi Dia Mahatahu akan segala kebutuhan kita.jangan ukur kemuliaan seseorang dengan adanya dunia di genggamannya. Sebaliknya jangan pula meremehkan seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita tidak menghormati seseorang karena ia tidak memiliki apa-apa. Kalau kita menghormati seseorang karena kedudukan dan kekayaannya, kalau meremehkan seseorang karena ia papa dan jelata, maka ini berarti kita sudah mulai cinta dunia. Akibatnya akan susah hati ini bercahaya disisi Allah.

Mengapa demikian? Karena, hati kita akan dihinggapi sifat sombong dan takabur dengan selalu mudah membeda-bedakan teman atau seseorang yang datang kepada kita. Padahal siapa tahu Allah mendatangkan seseorang yang sederhana itu sebagai isyarat bahwa Dia akan menurunkan pertolongan-Nya kepada kita.

Hendaknya dari sekarang mulai diubah sistem kalkulasi kita atas keuntungan-keuntungan. Ketika hendak membeli suatu barang dan kita tahu harga barang tersebut di supermarket lebih murah ketimbang membelinya pada seorang ibu tua yang berjualan dengan bakul sederhananya, sehingga kita mersa perlu untuk menawarnya dengan harga serendah mungkin, maka mulailah merasa beruntung jikalau kita menguntungkan ibu tua berimbang kita mendapatkan untung darinya. Artinya, pilihan membeli tentu akan lebih baik jatuh padanya dan dengan harga yang ditawarkannya daripada membelinya ke supermarket. Walhasil, keuntungan bagi kita justru ketika kita bisa memberikan sesuatu kepada orang lain.

Lain halnya dengan keuntungan diuniawi. Keuntungan semacam ini baru terasa ketika mendapatkan sesuatu dari orang lain. Sedangkan arti keuntungan bagi kita adalah ketika bisa memberi lebih daripada yang diberikan oleh orang lain. Jelas, akan sangat lain nilai kepuasan batinnya juga.

Bagi orang-orang yang cinta dunia, tampak sekali bahwa keuntungan bagi dirinya adalah ketika ia dihormati, disegani, dipuji, dan dimuliakan. Akan tetapi, bagi orang-orang yang sangat merindukan kedudukan di sisi Allah, justru kelezatan menikmati keuntungan itu ketika berhasil dengan ikhlas menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain. Cukup ini saja! Perkara berterima kasih atau tidak, itu samasekali bukan urusan kita. Dapatnya kita menghargai, memuliakan, dan menolong orang lain pun sudah merupakan keberuntungan yang sangat luar biasa.

Sungguh sangat lain bagi ahli dunia, yang segalanya serba kalkulasi, balas membalas, serta ada imbalan atau tidak ada imbalan. Karenanya, tidak usah heran kalau para ahli dunia itu akan banyak letih karena hari-harinya selalu penuh dengan tuntutan dan penghargaan, pujian, dan lain sebagainya, dari orang lain. Terkadang untuk mendapatkan semua itu ia merekayasa perkataan, penampilan, dan banyak hal demi untuk meraih penghargaan.

Bagi ahli zuhud tidaklah demikian. Yang penting kita buat tatanan kehidupan ini seproporsional mungkin, dengan menghargai, memuliakan, dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun. Inilah keuntungan-keuntungan bagi ahli-ahli zuhud. Lebih merasa aman dan menyukai apa-apa yang terbaik di sisi Allah daripada apa yang didapatkan dari selain Dia.

Walhasil, siapapun yang merindukan hatinya bercahaya karena senantiasa dicahayai oleh nuur dari sisi Allah, hendaknya ia berjuang sekuat-kuatnya untuk mengubah diri, mengubah sikap hidup, menjadi orang yang tidak cinta dunia, sehingga jadilah ia ahli zuhud.

"Adakalanya nuur Illahi itu turun kepadamu," tulis Syaikh Ibnu Atho’illah dalam kitabnya, Al Hikam, "tetapi ternyata hatimu penuh dengan keduniaan, sehingga kembalilah nuur itu ke tempatnya semula. Oleh sebab itu, kosongkanlah hatimu dari segala sesuatu selain Allah, niscaya Allah akan memenuhinya dengan ma’rifat dan rahasia-rahasia."

Subhanallaah, sungguh akan merasakan hakikat kelezatan hidup di dunia ini, yang sangat luar biasa, siapapun yang hatinya telah dipenuhi dengan cahaya dari sisi Allah Azza wa Jalla. "Cahaya di atas cahaya. Allah membimbing (seorang hamba) kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki ..." (QS. An Nuur [24] : 35).



Read MorE...

Diam Itu Emas

Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.

1. Jenis-jenis Diam
Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:

a. Diam Bodoh
Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas
Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong
Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

e. Diam Marah
Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jauh lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)
Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara.

2. Keutamaan Diam Aktif

a. Hemat Masalah
Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa
Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang
Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak
Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul
Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa
Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.


Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:

1. Diam dari perkataan dusta
2. Diamdari perkataan sia-sia
3. Diam dari komentar spontan dan celetukan
4. Diam dari kata yang berlebihan
5. Diam dari keluh kesah
6. Diam dari niat riya dan ujub
7. Diam dari kata yang menyakiti
8. Diam dari sok tahu dan sok pintar

Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat tauhiid "laa ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantarkan ke surga. Aamiin



Read MorE...

Sign in Twitter

Twitter

Sign in to Twitter

If you’ve been using Twitter from your phone, click here and we’ll get you signed up on the web.

Create Your Account

Already using Twitter
from your phone? Click here.

Sign In Facebook

Welcome to Facebook

iklan

Support Palestine