salam

Senin, 05 Juli 2010

Sekilas Pengaplikasian Cinta muda mudi n Pandangan Islam

“Hari gini gak punya pacar? Apa kata bu Nia?!”

Begitulah kira-kira jargon yang berkembang di tengah-tengah masyarakat kita sekarang. Sudah menjadi hal yang lumrah kalo para muda-mudinya kita ketahui saling berpasang-pasangan dengan pacarnya masing-masing. Dan hal itu menjadi pemandangan yang lazim pada zaman sekarang. Bahkan yang gak lazim adalah kalo ada pemuda atau pemudi yang nggak pacaran. Bahkan yang nggak pacaran pun menjadi sasaran olok-olokan dan terus dikompori biar orang yang gak pacaran itu menjadi pacaran. Bahkan sampe ada yang rela berkorban untuk mencarikan pacar buat sohibnya yang belum punya pacar. Solid..^^..

”Udah punya pacar?”
”Eh, pacarmu mana?”
”Hare gene gak punya pacar?”
”Loe laki-laki atau bencong sih? Masak gak punya pacar?”
”Ah.. sok alim loe.. sok suci banget”
”Munak loe”
Dan seabrek perkataan lainnya ditujukan kepada orang-orang yang nggak punya pacar.

Dan kayaknya, jargon di atas juga secara sadar atau nggak disadari merasuk kepada para muda-mudi yang menisbatkan diri mereka kepada aktivitas dakwah. Para aktivis dakwah itupun nggak mau ketinggalan zaman.

Para aktivis kan juga manusia. Punya rasa, juga punya hati. Jadi, mereka pun juga bisa merasakan sesuatu yang lazim dinamakan cinta kepada sosok perempuan, atau kalo dalam bahasa dakwahnya dinamakan akhwat. Itu kalo dari sisi para aktivis yang laki-laki (ikhwan). Adapun dari sisi aktivis dakwah perempuan pun sama. Sama-sama punya rasa, sama-sama punya hati dan sama-sama bisa merasakan sesuatu yang dinamakan dengan cinta.

Kalo seandainya di kalangan para non-aktivis, rasa cinta itu bisa diteruskan dengan menikah. Namun sebagian besar dari mereka mengaplikasikan rasa cinta itu dengan dengan aktivitas pacaran. Lalu bagaimana dengan para aktivis? Bagaimana mereka meneruskan rasa cinta itu?

Ternyata, ada beberapa tindak lanjut dari rasa cinta terhadap lawan jenis ini yang bisa diidentifikasi dari para aktivis ini:
1. Sebagian mereka memilih jalan yang instan dan selamat yakni dengan menikah
2. Sebagiannya lagi karena belum sanggup untuk menikah, maka mereka mencintai lawan jenis itu dalam diam.
3. Sebagiannya lagi mengekspresikannya dalam bentuk lain dari pacaran. Mereka mengatakan aktivitas yang dilakoninya adalah ta’aruf. Dan sebagiannya lagi mengatakannya dengan nama Pacaran Islami.

Kalo saya pribadi definisikan, secara umum, pacaran ialah hubungan yang terjalin antara dua orang yang saling mencintai antara laki-laki dan perempuan tanpa ada ikatan pernikahan. Lalu, apa yang membedakan antara pacaran yang konvensional dengan pacaran Islami?

Menurut para pelaku pacaran Islami, hal-hal yang membedakan antara pacaran konvensional dengan pacaran islami adalah aktivitas yang dilakukan oleh para pelakunya. Para pelaku pacaran konvensional, makruf bagi kita apa yang mereka kerjakan. Adapun para pelaku pacaran Islami, mereka mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu ”tidak melanggar” syari’at, bahkan merasa bisa lebih ”mendekatkan diri” kepada Allah.

Gimana ya model pacaran Islami? Kalo kita perkirakan, kira-kira beginilah dia model pacaran Islami:
1. Kalo ketemuan, ngucap salam dulu. ”Assalamu’alaikum...”
2. Tempat ketemuannya di masjid.
3. Waktu ketemuannya gak pake malming segala. Pokoknya pada event2 Islami kayak Syuro’, training, kajian de el el.
4. Kalopun ada yang dibicarakan, maka topik pembicaraannya hanya seputar agenda dakwah.
5. Kalo manggil dengan panggilan habibi dan habibah, akhi dan ukhti atau panggilan-panggilan ”Islami” yang semisal.
6. Kalo malam-malam suka misscall atau ngirim-ngirim sms yang kalimatnya, ”Wahai mujahidku, bangunlah...” atau ”Wahai mujahidahku, bangunlah...” atau yang semisal dengan itu.
7. Kalo ketemuan saling menundukkan pandangan (ghadhul bashar).
8. Gak pake acara sentuh-sentuhan tangan, apalagi cipika-cipiki.
9. Kalo duduk bareng, jaraknya minimal dua meter.
10. Pas nembak, sang ikhwan bilang, ”Ukhti, Uhibbuki fillaah...” dibalas pula sama yang akhwat dengan jawaban, ”Ahabbakalladzii ahbabtanii lahu (Semoga Allah mencintaimu karena engkau telah mencintaiku karena-Nya)” (HR. Abu Dawud IV/333 dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud III/965). Glodak...
Eits, jangan salah lho, mereka pun pake dalil juga. Mau tau dalilnya?

Nabi bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Mungkin juga mereka menggunakan dalil hadits,
Rasulullah bersabda, ”Tidak akan masuk syurga engkau semua itu sehingga engkau semua beriman dan tidak akan dinamakan beriman engkau semua itu sehingga engkau semua saling cinta-mencintai.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Kenapa mereka lebih memilih cara ”aman” untuk menjalin hubungan pra-nikah yang mereka namakan dengan pacaran Islami. Mereka memberikan argumentasi bahwa pacaran Islami adalah sebuah proses awal untuk saling mengenal seseorang dalam rangka menuju pernikahan. Gimana tidak? Zaman sekarang kalo mau cari jodoh itu kudu selektif. Kita nggak mau dong ibaratnya membeli kucing dalam karung? Toh gaya pacaran kitapun beda karena lebih Islami. Tuh buktinya sebagaimana yang diuraikan di atas. Begitu kata mereka.

Mereka melanjutkan, bahwa kita itu butuh seseorang yang kita sayangi yang dengannya kita selalu diingatkan kepada kebaikan. Kita butuh seseorang yang spesial yang senantiasa mengingatkan kita untuk selalu menapaki kebaikan: ada seseorang yang selalu setia membangunkan kita untuk shalat tepat waktu, untuk qiyamul layl, yang ngajakin kita buat ta’lim, dan lain-lainnya. Demikian juga orang yang selalu memotivasi kita di atas jalan dakwah, karena obrolan kita nggak lebih seputar permasalahan dakwah.

Bahkan tau nggak, bahwa pelaku pacaran Islami ini dengan adanya pacaran Islami ini mereka merasa lebih nyaman, tentram, gemah ripah loh jinawi? Yuaa demikianlah yang mereka akui. Bahkan merasa lebih dekat kepada Allah.

Mereka juga beralasan bahwa mereka nggak bisa menikah dengan seseorang yang nggak mereka kenal secara detail. Mau nanya sama orang-orang tentang profilnya atau pernak-perniknya tentang orang yang kita cintai, kita nggak yakin. Toh penilaian masing-masing orang itu kan relatif. Jadi, lebih sreg dan lebih yakin kalo kita yang menilai sendiri secara langsung. Kita kan menikah Cuma sekali dalam seumur hidup Begitu alasan mereka.

Sekilas memang meyakinkan dan ”sesuai” syari’at memang. Tapi, betulkah demikian? Apa betul hal itu bisa mendekatkan diri kepada Allah? Apa betul begitu yang diajarkan oleh syari’at Islam? Apa betul dengan itu semua kita yakin bisa menjaga diri kita dari zina: zina mata, zina hati? Katakanlah mereka bisa selamat dari zina tangan, karena pada prinsipnya pacaran model yang Islami menurut mereka adalah tanpa berpegangan atau bergandengan tangan, karena Rasulullah bersabda, ”Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thabrani dalam Al-Mu'jamul Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283 lihat Ash Shahihah 1/447/226), lalu bagaimana dengan mata dan hati? Kita yakin bahwa yang namanya orang pacaran, masa’ sih menundukkan pandangan terus? Gak asyik dong?..^^..

Padahal Rasulullah bersabda, ”Setiap anak Adam telah mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina pada mata adalah memandang. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang membuktikan semua itu atau mengurungkannya” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa'i dari Abu Hurairah).
Nah, gimana dengan hadits di atas?

Dari penamaannya saja, tahulah kita kalo pacaran itu bukan dari Islam. Tuh buktinya ada embel-embel Islami di belakangnya. Kalo emang dari Islam, ngapain harus ditambah kata Islami di belakangnya. Suatu perkara yang udah termasuk bagian dari Islam, maka nggak pernah ada lagi embel-embel kata Islami di belakangnya. Yuaa karena emang berasal dari Islam, ngapain harus dikasih embel-embel Islami?

Kita hendaknya berhati-hati dalam menyematkan kata Islami dalam sebuah perkara. Karena boleh jadi dengan tindakan kita itu, kita malah menghalalkan sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah. Termasuk dalam hal ini adalah menyematkan kata Islami di belakang kata pacaran. Demikian juga, jika kita melakukan hal ini, maka sesungguhnya kita telah melakukan pengelabuan kepada masyarakat. Sesuatu yang awalnya terlarang, seolah-olah menjadi sesuatu yang sah dan legal ketika kita sematkan kata Islami di belakang sesuatu tersebut.

Sesuatu yang tidak asing bagi kita bahwa pacaran adalah sebuah sarana yang bisa mendekatkan kita kepada zina, makanya Islam mengharamkannya. Tapi ketika ditambahkan dengan kata Islami di akhir kata pacaran, maka seolah-olah pacaran itu halal.

Berhati-hatilah, karena perilaku semacam ini telah dikabarkan oleh Rasulullah. Dari Abu Malik Al-Asy’ari, bahwa Nabi bersabda, ”Akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutra (bagi laki-laki –red-), minuman keras serta alat-alat musik” (HR. Bukhari dalam shahihnya secara mu’allaq).
Allahua’lam bish showab..
(Al-Faqir ilaa Robbih: Aqil Azizi)
Read MorE...

Minggu, 04 Juli 2010



Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada 12 Robiul Awal tahun gajah. Dari pasangan Abdullah dan Siti Aminah, mengapa tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut tahun gajah karena pada saat itu Mekkah akan dihancurkan oleh pasukan bergajah utusan Raja Abrahah.
Nabi Muhammad dilahirkan dari keluarga yang lurus sanadnya, baik dari ayah maupun ibunya. Rasululah dilahirkan dalam keadaan yatim, dalam hal ini ada beberapa hikmah yaitu: untuk pemurnian akidah Rasululah: karena cirri-ciri nabi terakhir adalah seorang yatim : lebih kuat dan mandiri. Ketika Nabi Muhammad memasuki usia mumayis 6 tahun ibunda Siti Aminah wafat dalam perjalanan ziarah ke makam suaminya. Kemudian beliau(Nabi Muhammad) diasuh oleh kakek tercinta abdul mutholib, tak lama kemudian kakeknya meninggal dan beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Tholib. Sejak tinggal dengan pamannya Nabi Muhammad bekerja sebagai penggembala kambing untuk membantu pamannya. Mengapa Rasululah diasuh oleh pamannya? hikmahnya adalah:
1. Abu Tholib adalah satu-satunya paman yang paling mencintai Abdullah
2. Beliau pandai mendidik anak
3. Cerdas, pandai berdagang, dan mempunyai keluarga yang stabil dan disegani para pembesar Quraisy.
Hal ini perlu untuk langkah awal kenabian. Karena untuk penataan jiwa Rasululah agar tidak diganggu. Setelah tumbuh dewasa Nabi Muhammad mulai membantu pamannya untuk berdagang. Dalam masa-masa tersebut terjadi banyak keajaiban, Dimana pun beliau berada beliau selalu dinaungi awan sehingga beliau satu-satunya Nabi yang tidak memiliki bayangan. Dari jarinya keluar air dadanya juga dibelah dan dibersihkan dengan air zam-zam untuk menghilangkan sisi negative kemanusiaan, membuktikan bahwa Rasululah adalah bukan sembarang manusia. Diperkenalkannya dari awal kehidupan Rasululah.
Suatu hari dalam perjalanan dagang bertemulah paman Rasululah dengan seorang pendeta dan peristiwa ini diabadikan didalam Al-Qur’an. Petikan dialok paman Nabi dengan pendeta: pendeta bertanya pada Abu Tholib “Apakah dia putramu?”
Paman Nabi menjawab:” ya dia adalah putraku”, kemudian pendeta berkata “ Engkau berbohong” karena tidak seorang pun yang duduk dipohon itu kecuali ia adalah Nabi dan Nabi terakhir atau adalah seorang yatim piatu dan pendeta itu menyuruh Abu Tholib untuk menjaga dan merawat Nabi Muhammad.
Nabi Muhammad adalah orang yang suka menolong sesame dan seorang yang jujur, baik hati, tidak sombong, dll. Pada usia 25 tahun Nabi Muhammad menikah dengan Siti khadijah saat itu Siti Khadijah berusia 40 tahun. Nabi Muhammad diangkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad mendapatkan wahyu yang pertama kali yaitu Surat Al-alaq ayat 1-5 dan wahyu yang paling hebat yang diterima Nabi Muhammad adalah Al-Qur’an. Nabi Muhammad tak punya rasa putus asa dan rasa takuk dalam menyiarkan agama Islam walaupun mendapat banyak halangan dari kaum Quraisy.. tekat Nabi Muhammad sangat besar dalam menyiarkan agama Islam , ada dua cara yang digunakan Nabi Muhammad dalam berdakwah yaitu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Sampai-sampai nabi Muhammad diusir dari Mekkah dan Hijrah k Madinah . banyak peperangan yang di Pimpin oleh Nabi Muhammad SAW melawan kaum Quraisy dan dimenangkan oleh kaum muslim.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang Suri Tauladan(contoh yang baik). Dari kejujurannya Nabi Muhammad diberi gelar Al-amin, dan masih banyak gelar yang lain..

Banyak hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan hidup Nabi Muhammad diantaranya :
1. Keimannan dan ketaqwaa-Nya pada Alloh SWT
2. Kejujuran-NYA, kejujuran amat diperlukan dalam kehidupan dan kejujuran juga merupakan kunci sukses
3. Keberanian dalam mnjalani hidup
4. Beliau sangat Amanah
5. Suka Menolong
6. Semangat beliau yang tak pernah henti
7. Kesabaran-NYA
8. Rasa takut-NYA pada Alloh SWT
9. Kepandaian-NYA
10. Dalam hidup ini tak ada yang tak mungkin asal kita memiliki Niat yang kuat dan baik.
11. Kebijaksanaan beliau dalam mengambil keputusan
12. Hidup didunia ini hanya sekali maka pergunakan lah hidup ini dengan sebaikmungkin untuk mencari ridho dari Alloh SWT.
Dalam menjalani kehidupan ini keteladanan Nabi Muhammad SAW amat penting untuk kita miliki. Karena Nabi Muhammad adalah Suri Tauladan di dunia ini.
Saat saya dihadapkan pada dua pilihan , saya binggung mana yang harus saya pilih? Namun dari ilmu yang dibawa Nabi Muhammad yang ilmu itu tercantum dalam al-qur’an, say baca bahwa kiat-kiat muslimah dalam memilih, dan dari situ saya bisa mengambil suatu keputusan untuk memilihnya.
Kejujuran memang sangat penting dalam kehidupan kita dan kejujuran akan menimbulkan rasa kepercayaan maka setiap orang yang jujur pasti akan dipercaya, kejujuran,kepercayaan itu harus ada dalam hidup kita . ketika dipilih untuk menempati suatu jabatan saya yakin disitu seseorang yang memilih pasti percaya pada anda, namun kalau sudah dikasih kepercayaan/amanah jangan disalah gunakan.
Banyak pengalaman saya yang terinspurasi dari Nabi Muhammad SAW, karena beliau adalah Suri Tauladan.

Riset membuktikan The Top Ten in world :
1. Nabi Muhammad SAW
2. Isaac Newton
3. Jessus
4. Sidharta Ghautama
5. Confucious
6. St.Paul
7. Tsa’ilun
8. Johann Gutternburg
9. Christoper Colombus
10. Albert Eistein
Referensi buku Sirah Nabawiyah
Read MorE...

Sign in Twitter

Twitter

Sign in to Twitter

If you’ve been using Twitter from your phone, click here and we’ll get you signed up on the web.

Create Your Account

Already using Twitter
from your phone? Click here.

Sign In Facebook

Welcome to Facebook

iklan

Support Palestine