salam

Rabu, 03 Februari 2010

TEMPAT BERSEJARAH NEGARA SAUDI ARABIA

KA’BAH
Ka’bah merupakan kiblat sholat umat Islam.Ka’bah yang berbentuk kubus ini merupakan bangunan utama di atas bumi yang digunakan utk menyembah Allah SWT.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an, Surat Ali Imran ayat 90, yang artinya :

“Sesungguhnya permulaan rumah yang dibuat manusia untuk tempat beribadah adalah rumah yang di Bakkah (Mekah), yang dilimpahi berkah dan petunjuk bagi alam semesta”

Ka’bah disebut juga Baitullah (Rumah Allah) atau Baitul ‘Atiq (Rumah Kemerdekaan). Dibangun berupa tembok segi empat yang terbuat dari batu-batu besar yang berasal dari gunung-gunung di sekitar Mekah. Baitullah ini dibangun di atas dasar fondasi yang kokoh.

Dinding-dinding sisi Ka’bah ini diberi nama khusus yang ditentukan berdasarkan nama negeri ke arah mana dinding itu menghadap. terkecuali satu dinding yang diberi nama “Rukun Hajar Aswad”.

Adapun keempat dinding atau sudut (rukun) tersebut adalah :

- Sebelah Utara Rukun Iraqi (Irak)
- Sebelah Barat Rukum Syam (Suriah)
- Sebelah Selatan Rukun Yamani (Yaman)
- Sebelah Timur Rukun Aswad (Hajar Aswad).

Keempat sisi Ka’bah ditutup dengan selubung yang dinamakan Kiswah. Sejak zaman nabi Ismail, Ka’bah sudah diberi penutup berupa Kiswah ini.
Saat ini Kiswah tersebut terbuat dari sutra asli dan dilengkapi dengan kaligrafi dari benang emas.

Dalam satu tahun Ka’bah ini dicuci dua kali, yaitu pada awal bulan Dzul Hijjah dan awal bulan Sya’ban. Kiswah diganti sekali dalam setahun.

Kunci kabah

Kunci kabah itu pada mulanya dipegang oleh nabi Ismail as. lalu diwariskan kepada putranya Tsabit,lalu kepada anak-anaknya, lalu sampai kepada khaza’ah hingga pada qusai ibnu kilab,kakek keempat nabi saw.

Pada tahun 8 H,setelah pembebasan kota makkah nabi saw minta kunci dari usman ibnu Tholhah untuk membuka kabah,lalu beliau masuk setelah itu keluar.Ketika keluar beliaupun bersabda:”ingatlah sesungguhnya setiap darah,harta dan perbuatan sewenang-wenang seperti pada masa jahiliyah adalah dibawah tanggung jawabku untuk mengurusnya, kecuali pekerjaan memberi minum orang-orang yang sedang haji dan menjaga kabah.sesungguhnya aku telah menetapkan keduanya untuk dikembalikan kepada yang berhak sebagaimana berlaku pada masa jahiliyah “.Sabda nabi saw: diikuti dengan turunnya wahyu dari Allah:”Sesungguhnya Allah telah menyuruh-mu untuk menunaikan amanat kepada yang berhak atasnya”. Rasulullah saw memanggil usman ibnu Thalhah dan menyerahkan kembali kunci itu kepadanya,”Ambillah ini wahai bani Thalhah untuk selama-lamanya,sehingga tidak ada yang merebutnya kecuali orang zalim”.Setelah wafatnya usman ibnu Thalhah,kunci itu diwariskan secara turun-temurun kepada keturunan usman ibnu thalhah.

Kunci yang sekarang ini turun-menurun itu berada di tangan Bani Syaibah.Disimpan didalam tas terbuat dari sutera yang dihias dengan emas murni yang dibuat oleh pabrik kiswah.Diatasnya tertulis (surat Al-Nisa’ ayat:58) dan disisi lainnya tertera:”amara bi shun’ihi khadim al-haramain al-syarifain Fahd ibn Abdul Azizi Alu Sa’ud, Hafizahullah (Dibuat atas perintah penjaga dua tanah suci Raja Fahd ibn Abdul Aziz dari keluarga Sa’ud,Semoga Allah melindunginya)”

Gembok pintu kabah

Gembok ini bentuknya gembok lama dan dibuat pada tahun 1399 H.Panjang gembok ini sekitar 34 cm, lebar 6 cm pada setiap sisinya.Pada gembok ini ada tulisan:”Shuni a fi ahd khalid ibn Abdul Aziz Alu Saud sanah 1399 H” (Dibuat pada masa pemerintahan khalid ibn Abdul Aziz dari keluarga Saud tahun 1399 H).Dan ulisan ini tertera pada lempengan tembaga kuning.

Kiswah

Kiswah adalah :”kain yang berwarna hitam terbuat dari bahan sutera murni dengan bertulisan aksara arab yang dirajut atau bersulam timbul dari benang perak yang disepuh dengan emas dan melapisi bangunan kabah”.Kabah berkiswah baru setiap tahun pada tanggal 9 dzulhijjah.

Kiswah iitu terdiri dari 5 potong kain, 4 potong kain menutupi antara rukun ke rukun (sudut ke sudut) yaitu:”Rukun yamani ke rukun hajar aswad, rukun hajar aswad ke rukun syami, rukun syami ke rukun iraqi, rukun iraqi ke rukun yamani”. Sedangkan 1 potong kain lagi menutupi sisi pintu kabah (Sisi multazam).

Kiswah di sisi pintu kabah (Multazam)

1-Surah Al-baqarah,ayat:[125] Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat salat.

2-Surah Al-baqarah,ayat:[125]Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk dan yang sujud”.

3-Surah Al-baqarah,ayat:[127] Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

4-Surah Al-baqarah,ayat:[128] Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang

Dalam Kabah

Menurut riwayat dari ibnu umar ra. bahwasanya nabi saw. jika masuk ke dalam kabah, beliau terus berjalan (dengan muka menghadap dinding) hingga pintu kabah dibelakang beliau dan antara beliau dan dinding kabah di hadapannya beliau sholat disitu (jaraknya kira-kira 3 hasta) Karena sholat dibagian manapun didalam kabah tidak ada larangan.

Konon dari arah pintu masuk itu ada mihrab (tempat sholat) kemungkinan dibangun karena disitulah nabi saw. pernah melaksanakan sholat didalam kabah.

Selain itu, didalam kabah terdapat 3 tiang tegak sebagai penyangga atap kabah yang terbuat dari kayu, jarak antara tiang ke tiang lainnya 2,35 meter.

Dinding-dindingnya dilapisi dengan batu pualam yang terbuat dari marmer dan dipahat dengan kaligrafi Arab yang indah.Atap dan dinding ditutupi dengan kain kiswah yang terbuat dari kain sutra yang berwarna hijau dengan hiasan kaligrafi bertuliskan “Laa Ilaha illallah, Muhammad rasulullah.” Kemudian surat Ali Imron ayat :96, Al-Baqarah: 144 dan kalimat-kalimat “ya Hannan, Ya Mannan, Ya Dzaljalali wal ikraam”

Di dalam kabah sebelah kanan dari pintu kabah dapat kita lihat sebuah pintu yang menuju ke atas dengan menggunakan tangga manual.Pintu ini disebut dengan “pintu Taubat” (Bab Attaubah) kononnya ada kuncinya.Disekitar pintu ini dihiasi dengan kain kiswah (tirai) Dipermukaan atap atas kabah itu juga terdapat pintu yang tutupnya terbuat dari besi baja.Para petugas naik ke pintu melalui tangga-tangga di dalam kabah guna untuk memudahkan mereka pembersihan kabah untuk penggantian

Rukun Yamani

Rukun yamani adalah :sudut kabah yang menghadap ke arah yaman.Rukun ini sejajar dengan hajar aswad. Menurut riwayat dari Ibnu Abbas ra. bahwa nabi saw. hanya menyalami atau istilam hajar aswad dan rukun yamani saja.

Sedangkan ibnu umar ra. mendengar rasulullah saw bersabda:”sesungguhnya mengusap keduanya yakni hajar aswad dan rukun yamani dapat menghapus dosa-dosa.” Rasulullah saw. ketika berada diantara dua rukun ini yaitu rukun yamani dan rukun hajar aswad, beliau membaca doa:”Rabbana atina fiddun-ya hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa adzaaban naar ” Artinya:”Ya Tuhan kami, berilah kami kabaikan didunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.” Al-Baqarah: 201

Tawaf

Rasulullah saw. bersabda:”Tawaf disekitar kabah seperti halnya shalat, hanya saja kalian diperbolehkan berbicara didalamnya, maka barang siapa yang ingin berbicara, hendaknya tidak berbicara kecuali tentang kebaikan. ” Dalam melakukan tawaf hendaknya hati khusyuk kepada Allah SWT. serta memohon kepadanya kebaikan dunia dan akhirat baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa apapun, karena tidak ada doa-doa khusus untuk tiap putaran.Disaat tawaf hendaknya tidak disibukkan dengan pembicaraan masalah keduniawian atau menyakiti orang disekitarnya.

MASJIDIL HARAM

Sebagai pusat kota Makkah adalah Masjid Al-Haram, dimana didalamnya terdapat Ka’bah sebagai arah kiblat umat Islam pada waktu sholat. Masjid ini mula-mula dibangun secara permanen oleh Sayyidina Umar bin Al Khattab pada tahun 638 M.

Dari masa-ke masa Masjidil Haram selalu mengalami pembaharuan dan perluasan diprakarsai oleh raja-raja Islam yang memberi perhatian terhadap Masjidil Haram.Pembangunan besar-besaran dalam sejarah diprakarsai oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz yang bergelar :”Pelayan Dua Tanah Haram Makkah dan Madinah”.

(Dikatakan Tanah Haram karena Tanah ini diharamkan bagi umat lain, selain umat Muslim).Saat ini luas Masjid Al Haram 328.000 meter persegi dan dapat menampung 730.000 jamaah dalam satu waktu sholat berjamaah.

Masjid ini melingkari Ka’bah, maka pintunya banyak. Ada 4 pintu utama dan 45 pintu biasa yang biasanya buka 24 jam sehari.

Keistimewaan Masjidil Haram banyak sekali, antara lain : Shalat di masjid ini lebih utama daripada shalat seratus ribu kali di masjid lain. Begitupun berdzikir, berdoa, bersedekah dan beramal baik lainnya.

HAJAR ASWAD

Hajar Aswad adalah batu berwarna hitam yang berada di sudut Tenggara Ka’bah, yaitu sudut dimana tempat Tawaf dimulai. Hajar Aswad merupakan batu yang diturunkan Allah SWT dari Surga melalui malaikat Jibril.

Hajar Aswad berupa kepingan batu yang terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan direkat dengan lingkaran perak.

Dalam salah satu riwayat Bukhari-Muslim, diterangkan bahwa Sayyidina Umar, sebelum mencium Hajar Aswad mengatakan, “Demi Allah, aku tahu bahwa kau adalah sebuah batu yang tidak dapat berbuat apa-apa.Kalau aku tidak melihat Rasul SAW mencium-mu, tidak akan aku mencium-mu:.

Jadi mencium Hajar Aswad bukanlah suatu kewajiban bagi umat Islam, tapi merupakan anjuran dan sunnah hukumnya.Maka kalau keadaan tidak memungkinkan karena penuhnya orang berdesakan, sebaiknya urungkan saja niat untuk mencium atau mengusap batu ini.

HIJIR ISMAIL

Hijir Ismail, berdampingan dengan Ka’bah dan terletak di sebelah utara Ka’bah, yang dibatasi oleh tembok berbentuk setengah lingkaran setinggi 1,5 meter. Hijir Ismail itu pada mulanya hanya berupa pagar batu yang sederhana saja. Kemudian para Khalifah, Sultan dan Raja-raja yang berkuasa mengganti pagar batu itu dengan batu marmer.

Hijir Ismail ini dahulu merupakan tempat tinggal Nabi Ismail, disitulah Nabi Ismail tinggal semasa hidupnya dan kemudian menjadi kuburan beliau dan juga ibunya.

Berdasarkan kepada sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, sebagian dari Hijir Ismail itu adalah termasuk dalam Ka’bah. Ini diriwayatkan oleh Abu Daud dari ‘Aisyah r.a. yang berbunyi : ‘Dari ‘Aisyah r.a. katanya; “Aku sangat ingin memasuki Ka’bah untuk melakukan sholat di dalamnya. Rasulullah s.a.w. membawa Siti ‘Aisyah ke dalam Hijir Ismail sambil berkata ” Sholatlah kamu di sini jika kamu ingin sholat di dalam Ka’bah, karena ini termasuk sebagian dari Ka’bah.

Sholat di Hijir Ismail adalah sunnah, dalam arti tidak wajib dan tidak ada kaitan dengan rangkaian kegiatan ibadah Haji atau ibadah Umroh.

MAQOM IBRAHIM

Maqom Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim sebagaimana dugaan atau pendapat sebagian orang. Maqom Ibrahim adalah batu pijakan pada saat Nabi Ibrahim membangun Ka’bah. Letak Maqom Ibrahim ini tidak jauh, hanya sekitar 3 meter dari Ka’bah dan terletak di sebelah timur Ka’bah.

Saat ini Maqom Ibrahim seperti terlihat pada foto di atas. Di dalam bangunan kecil ini terdapat batu tempat pijakan Nabi Ibrahim seperti dijelaskan di atas. Pada saat pembangunan Ka’bah batu ini berfungsi sebagai pijakan yang dapat naik dan turun sesuai keperluan nabi Ibrahim saat membangun Ka’bah. Bekas kedua tapak kaki Nabi Ibrahim masih nampak dan jelas dilihat.

Atas perintah Khalifah Al Mahdi Al Abbasi, di sekeliling batu Maqom Ibrahim itu telah diikat dengan perak dan dibuat kandang besi berbentuk sangkar burung.

MULTAZAM

Multazam merupakan dinding Ka’bah yang terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah. Tempat ini merupakan tempat utama dalam berdoa, yang dipergunakan oleh jamah Haji dan Umroh untuk berdoa/ bermunajat kepada Allah SWT setelah selesai melakukan Tawaf.

Saat bermunajat di depan Multazam ini, Jarang orang tidak meneteskan air mata di sini, terharu karena kebesaran Illahi.Multazam ini insya Allah merupakan tempat yang mustajab dalam berdoa, insya Allah doa dikabulkan oleh Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “Antara Rukun Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah, yang disebut Multazam. Tidak seorangpun hamba Allah yang berdoa di tempat ini tanpa terkabul permintaannya”

MATA AIR ZAM-ZAM

Air Zam-Zam bukanlah air yang asing bagi kaum Muslimin. Air ini mempunyai keutamaan yang sangat banyak. Rasulullah telah menjelaskan kegunaan air tersebut. Beliau bersabda: “Sebaik-baik air yang ada di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.”[1]. Apa rahasia dibalik air yang banyak memiliki khasiat dan penuh barakah ini?

Air Zamzam berasal dari mata air Zamzam yang terletak di bawah tanah, sekitar 20 meter di sebelah Tenggara Ka’bah. Mata air atau Sumur ini mengeluarkan Air Zamzam tanpa henti. Diamanatkan agar sewaktu minum air Zamzam harus dengan tertib dan membaca niat. Setelah minum air Zamzam kita menghadap Ka’bah.

Makna Zam-Zam
Kata Zam-Zam dalam bahasa Arab berarti, yang banyak atau melimpah [2]. Adapun air Zam-Zam yang dimaksud oleh syari’at, yaitu air yang berasal dari sumur Zam-Zam. Letaknya dengan Ka’bah, berjarak sekitar 38 hasta.

Dinamakan Zam-Zam, sesuai dengan artinya, karena memang air dari sumur tersebut sangat banyak dan berlimpah. Tidak habis walau sudah diambil dan dibawa setiap harinya ke seluruh penjuru dunia oleh kaum Muslimin.

Dinamakan dengan Zam-Zam, bisa juga diambil dari perbuatan Hajar. Ketika air Zam-Zam terpancar, ia segera mengumpulkan dan membendungnya. Atau diambil dari galian Malaikat Jibril dan perkataannya, ketika ia berkata kepada Hajar.

Disebutkan juga, bahwa nama Zam-Zam adalah ‘alam, atau nama asal yang berdiri sendiri, bukan berasal dari kalimat atau kata lain. Atau juga diambil dari suara air Zam-Zam tersebut, karena zamzamatul ma’adalah, suara air itu sendiri.[3]

Nama lain Zam-Zam, sebagaimana telah diketahui, antara lain ia disebut Barrah (kebaikan), Madhmunah (yang berharga), Taktumu (yang tersembunyi), Hazmah Jibril (galian Jibril), Syifa` Suqim (obat penyakit), Tha’amu Tu’im (makanan), Syarabul Abrar (minuman orang-orang baik), Thayyibah (yang baik) [4].

Sejarah Munculnya Zam-Zam
Disebutkan oleh Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, dari hadits Ibnu ‘Abbas. Suatu saat, ketika berada di Mekkah, Nabi Ibrahim menempatkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di sekitar Ka`bah, di suatu pohon besar yang berada di atas sumur Zam-Zam. Waktu itu, tidak ada seorangpun di Mekkah, melainkan mereka bertiga. Setelah Nabi Ibrahim Alaihissalam meletakkan kantong berisi kurma dan air, iapun beranjak pergi. Namun Hajar mengikutinya seraya mengatakan: ”Wahai Ibrahim, kemanakah engkau akan pergi dengan meninggalkan kami sendiri di tempat yang tiada manusia lain, atau yang lainnya?”.

Pertanyaan itu ia ulangi terus, tetapi Nabi Ibrahim tidak menengok kepadanya. Sampai akhirnya Hajar berseru kepadanya: ”Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan hal ini?”. “Ya,” jawab Nabi Ibrahim.

“Kalau begitu, Allah tidak akan menyengsarakan kami”, seru Hajar. Kemudian kembalilah Hajar ke tempatnya, dan Nabi Ibrahim terus melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di Tsaniyah (jalan bebukitan, arah jalan ke Kada’. Rasulullah ketika memasuki Mekkah juga melewati jalan tersebut) dan keluarganya tidak dapat melihatnya lagi, Nabi Ibrahim menghadap ke arah Baitullah, lalu mengangkat kedua tangannya seraya berdoa: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”. [Ibrahim:37]

Ibunda Ismail menyusui anaknya dan meminum dari kantong air tersebut. Hingga akhirnya air itu pun habis, dan anaknya kehausan. Dia melihat anaknya dengan penuh cemas, karena terus menangis. Dia pun pergi untuk mencari sumber air, karena tidak tega melihat anaknya kehausan.

Pergilah dia menuju bukit terdekat, yaitu bukit Shafa, dan berdiri di atasnya. Pandangannya diarahkan ke lembah di sekelilingnya, barangkali ada orang disana. Akan tetapi, ternyata tidak ada.

Dia pun turun melewati lembah sampai ke bukit Marwa. Berdiri di atasnya dan memandang barangkali ada manusia di sana. Tetapi, ternyata tidak juga. Dia lakukan demikian itu hingga tujuh kali.

Ketika berada di atas bukit Marwa, dia mendengar ada suara, dia berkata kepada dirinya sendiri, “Diam!” Setelah diperhatikannya ternyata memang benar dia mendengar suara, kemudian dia pun berkata: “Aku telah mendengar, apakah di sana ada pertolongan?”.

Tiba-tiba dia melihat Malaikat Jibril, yang mengais tanah dengan kakinya (atau dengan sayapnya, sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang lain), kemudian memukulkan kakinya di atasnya. Maka keluarlah darinya pancaran air.

Hajar pun bergegas mengambil dan menampungnya. Di ciduknya air itu dengan tangannya dan memasukkannya ke dalam tempat air. Setelah di ciduk, air tersebut justru semakin memancar. Dia pun minum air tersebut dan juga memberikan kepada putranya, Ismail. Lalu Malaikat Jibril berkata kepadanya: “Jangan takut terlantar. Sesungguhnya, di sinilah Baitullah yang akan di bangun oleh anak ini (Ismail) bersama ayahnya. Dan sesungguhnya, Allah tidak akan menelantarkan hamba-Nya.”

Beberapa waktu kemudian, datanglah orang-orang dari kabilah Jurhum turun di lembah Makkah. Mereka turun karena melihat burung -burung yang berputar-putar. Mereka berkata,”Burung ini berputar-putar di sekitar air. Kami yakin di lembah ini ada air,” lalu mereka mengirim utusan, dan ternyata benar mereka mendapatkan air. Utusan itupun kembali dan memberitahukan kepada orang-orang yang mengutusnya tentang adanya air. Merekapun kemudian mendatanginya, dan meminta izin dari Ummu Ismail, bahwa mereka akan mampir ke sana. Ummu Ismailpun mempersilahkan dengan syarat, bahwa mereka tidak berhak memiliki (sumber) air tersebut, dan kabilah Jurhum inipun setuju [6].

Penemuan Kembali Air Zam-Zam
Ketika Abdul Muthallib sedang tidur di Hijr Ismail, dia mendengar suara yang menyuruhnya menggali tanah. “Galilah Thayyibah (yang baik)!”

“Yang baik yang mana?” tanyanya.

Esoknya, ketika tidur di tempat yang sama, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali Barrah (yang baik)?”

Dia bertanya, “Benda yang baik yang mana?”. Lalu dia pergi.

Keesokan harinya, ketika tidur di tempat yang sama di Hijr Ismail, dia mendengar lagi suara yang sama, menyuruhnya menggali madhmunah (sesuatu yang berharga).

Dia bertanya,” Benda yang baik yang mana?”

Akhirnya pada hari yang keempat dikatakan kepadanya: “Galilah Zam-Zam!”

Dia bertanya, “Apa itu Zam-Zam?”

Dia mendapat jawaban : “Air yang tidak kering dan tidak meluap, yang dengannya engkau memberi minum para haji. Dia terletak di antara tahi binatang dan darah. Berada di patukan gagak yang hitam, berada di sarang semut”.

Sesaat Abdul Muthalib bingung dengan tempatnya tersebut, sampai akhirnya ada kejelasan dengan melihat kejadian yang diisyaratkan kepadanya. Kemudian iapun bergegas menggalinya.

Orang-orang Quraisy bertanya kepadanya,”Apa yang engkau kerjakan, hai Abdul Muthallib?

Dia menjawab: “Aku diperintahkan menggali Zam-Zam”, sampai akhirnya ia beserta anaknya, Harits mendapatkan apa yang diisyaratkan dalam mimpinya, menggali kembali sumur Zam-Zam yang telah lama dikubur dengan sengaja oleh suku Jurhum, tatkala mereka terusir dari kota Mekkah.[6]

Keutamaan Dan Khasiat Air Zam-Zam
Dari penjelasan Rasulullah dan para ulama dapat diketahui, bahwa air Zam-Zam memiliki barakah dan keutamaan. Di antara dalil-dalil yang menunjukkan keutamaan air Zam-Zam dapat disebutkan sebagai berikut.

“Dari Jabir dan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Air Zam-Zam, tergantung niat orang yang meminumnya.”[7]

Ibnu Taimiyyah berkata,”Seseorang disunnahkan untuk meminum air Zam-Zam sampai benar-benar kenyang, dan berdoa ketika meminumnya dengan doa-doa yang dikehendakinya. Tidak disunnahkan mandi dengannya (menggunakan air Zam-Zam).”[8]

“Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Air Zam-Zam sesuai dengan niat ketika meminumnya. Bila engkau meminumnya untuk obat, semoga Allah menyembuhkanmu. Bila engkau meminumnya untuk menghilangkan dahaga, semoga Allah menghilangkannya. Air Zam-Zam adalah galian Jibril, dan curahan minum dari Allah kepada Ismail”.[9]

“Dari Abi Thufail, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda,”Kami menyebut air Zam-Zam dengan syuba’ah (yang mengenyangkan). Dan kami juga mendapatkan, air Zam-Zam adalah sebaik-baik pertolongan (kebutuhan atas kemiskinanan)”. [HR Tabrani] [10]

“Dari Usamah, bahwasanya Rasulullah meminta untuk didatangkan segantang air Zam-Zam, kemudian beliau meminumnya dan berwudhu dengannya” [HR Ahmad] [11]

“Disebutkan dalam Silsilah Shahihah, adalah Rasululllah membawa air Zam-Zam di dalam kantong-kantong air (yang terbuat dari kulit). Beliau menuangkan dan membasuhkannya kepada orang yang sedang sakit”.

Tatkala Jibril memukul Zam-Zam dengan tumit kakinya, Ummi Ismail segera mengumpulkan luapan air. Nabi berkata: “Semoga Allah merahmati Hajar dan Ummu Ismail. Andai ia membiarkannya, maka akan menjadi mata air yang menggenangi (seluruh permukaan tanah).”[12]

“Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Sebaik-baik air yang terdapat di muka bumi adalah Zam-Zam. Di dalamnya terdapat makanan yang mengenyangkan dan penawar penyakit.”[13]

Abu Dzar al Ghifari berkata: “Selama 30 hari, aku tidak mempunyai makanan kecuali air Zam-Zam. Aku menjadi gemuk dan lemak perutku menjadi sirna. Aku tidak mendapatkan dalam hatiku kelemahan lapar.”[14]

“Dari Hammam, dari Abi Jamrah ad-Duba`i, ia berkata : “Aku duduk bersama Ibnu ‘Abbas di Mekkah, tatkala demam menyerangku. Ibnu ‘Abbas mengatakan, dinginkanlah dengan air Zam-Zam, karena Rasulullah mengatakan, sesungguhnya demam adalah dari panas Neraka Jahannam, maka dinginkanlah dengan air atau air Zam-Zam” [15]

Dari ‘Aisyah, ia membawa air Zam-Zam. Ia mengkabarkan, sesungguhnya dahulu Rasulullah membawanya (sebagai bekal-Pen.).[16]

Ibnul Qayyim berkata: “Aku dan selain diriku telah megalami perkara yang ajaib tatkala berobat dengan air Zam-Zam. Dengan izin Allah, aku telah sembuh dari beberapa penyakit yang menimpaku. Aku juga menyaksikan seseorang yang telah menjadikan air Zam-Zam sebagai makanan selama beberapa hari, sekitar setengah bulan atau lebih. Ia tidak mendapatkan rasa lapar, ia melaksanakan thawaf sebagaimana manusia yang lain. Ia telah memberitahukan kepadaku bahwa, ia terkadang seperti itu selama empat puluh hari. Ia juga mempunyai kekuatan untuk berjima’, berpuasa dan melaksanakan thawaf”.[17]

Beliau rahimahullah berkata: “Ketika berada di Mekkah, aku mengalami sakit dan tidak ada tabib dan obat (yang dapat menyembuhkannya). Akupun mengobatinya dengan meminum air Zam-Zam dan membacakan atasnya berulangkali (dengan al Fatihah), kemudian aku meminumnya. Aku mendapatkan kesembuhan yang sempurna. Akupun menjadikannya untuk bersandar ketika mengalami rasa sakit, aku benar-benar banyak mengambil manfaat darinya.”

Sumur Zamzam mempunyai riwayat yang tersendiri. Sejarahnya tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail AS. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya berdua dan kehabisan air untuk minum, maka Siti Hajar pergi ke Bukit Safa dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali.Namun tidak berhasil menemukan air setetespun karena tempat ini hanya merupakan lembah pasir dan bukit-bukit yang tandus dan tidak ada air dan belum didiami manusia selain Siti Hajar dan Ismail.

Penjelasan tentang sejarah ini adalah sbb :
Saat Nabi Ibrahim AS, Siti Hajar dan Ismail tiba di Makkah, mereka berhenti di bawah sebatang pohon yang kering. Tidak berapa lama kemudian Nabi Ibrahim AS meninggalkan mereka.

Siti Hajar memperhatikan sikap suaminya yang mengherankan itu lalu bertanya ;” Hendak kemanakah engkau Ibrahim ?”

“Sampai hatikah engkau meninggalkan kami berdua ditempat yang sunyi dan tandus ini ? “.

Pertanyaan itu berulang kali, tetapi Nabi Ibrahim tidak menjawab sepatah kata pun.

Siti Hajar bertanya lagi;

“Apakah ini memang perintah dari Allah ?”

Barulah Nabi Ibrahim menjawab, “ya”.

Mendengar jawaban suaminya yang singkat itu, Siti Hajar gembira dan hatinya tenteram. Ia percaya hidupnya tentu terjamin walaupun di tempat yang sunyi, tidak ada manusia dan tidak ada segala kemudahan. Sedangkan waktu itu, Nabi Ismail masih menyusu.

Selang beberapa hari, air yang dari Nabi Ibrahim habis. Siti Hajar berusaha mencari air di sekeliling sampai mendaki Bukit Safa dan Marwah berulang kali sehingga kali ketujuh (terakhir ) ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam.

Air Zamzam yang merupakan berkah dari Allah SWT, mempunyai keistimewaan dan keberkatan dengan izin Allah SWT, yang bisa menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga serta mengenyangkan perut yang lapar. Keistimewaan dan keberkatan itu disebutkan pada hadits Nabi , ” Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah s.a.w bersabda: “sebaik-baik air di muka bumi ialah air Zamzam. Air Zamzam merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit “.

Pada suatu hari ketika siti hijir dan nabi ismail as. ditinggalkan oleh nabi ibrahim as. atas perintah Allah SWT. di suatu tempat padang pasir yang tak berpenghuni serta tak ada tanda-tanda penghidupan, sedangkan siti hijir di bekali dengan beberapa makanan dan minuman secukupnya.

Lambat-laun bekal itupun berkurang hingga habislah, sedangkan ismail kehausan begitupun siti hijir, dengan suasana yang panik, maka siti hijir bolak-balik antara bukit safa dan marwa dengan harapan ia dapat menemukan adanya sumber air atau seseorang yang sedang dalam perjalanan, tanpa ia sadari yang ternyata perjalanan bolak-balik itu sudah tujuh kali dan terdengarlah olehnya suara memanggil dan berkata “Allah telah menjadikan mata air buatmu”.Lalu siti hijir kembali dan dilihatnya mata air itu ada disekitar kaki ismail dan air itu muncrat dengan deras, ia pun berusaha membendungi air itu agar tidak tergenang seraya menyebutkan “Zam-zam ya mubarak” hingga arus air itu dapat dibendungnya dan menjadi sumur “zam-zam”

Rasulullah saw bersabda:”Allah sayang pada ibu ismail, jika ia tidak menyebut zam-zam ya mubarak tentu mata air zam-zam menjadi mata air yang mengalir”


SHAFA DAN MARWAH

Shafa dan Marwah merupakan dua bukit yang terletak dekat dengan Ka’bah.

Sejarah Shafa – Marwah tidak dapat dipisahkan dengan isteri Nabi Ibrahim AS, yaitu Siti Hajar dan putranya Ismail AS. Sewaktu Ismail dan Ibunya hanya berdua dan kehabisan air untuk minum di lembah pasir dan bukit yang tandus, Siti Hajar pergi mencari air pulang pergi dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sebanyak 7 kali.

Saat kali ketujuh (terakhir). Ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya. Air itu adalah air Zamzam.

MASJID NABAWI

Disebut Masjid Nabawi karena Nabi Muhammad SAW. selalu menyebutnya dengan kalimat, ” Masjidku”, pada setiap kali beliau menerangkan tentang sebuah masjid yang sekarang berada di pusat kota Madinah. Rasul bersabda,” Sholat di masjidku ini lebih utama daripada sholat seribu kali di masjid lain, kecuali Masjidil Haram”.

Dalam satu riwayat lain, Rasul bersabda,” Barang siapa sholat di masjidku 40 waktu tanpa terputus, maka ia pasti selamat dari neraka dan segala siksa dan selamat dari sifat munafik”.

Masjid ini didirikan oleh Rasul SAW. dan sahabat-sahabat pada tahun pertama hijrah (622 M) seluas 1050 meter persegi, yaitu persis di sebelah barat rumah Rasul, yang sekarang rumah itu menjadi makam Rasul SAW dan termasuk dalam bangunan masjid.

Berziarah ke masjid Nabawi ini adalah masyru’ (diperintahkan) dan termasuk ibadah. Penyataan ini sesuai dengan sabda Rasul : ” Janganlah kau mementingkan bepergian kecuali kepada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsa’.

MAKAM NABI MUHAMAD SAW

Makam (pusara) Rasullullah SAW terletak di sebelah Timur Masjid Nabawi. Di tempat ini dahulu terdapat dua rumah, yaitu rumah Rasulullah SAW bersama Aisyah dan rumah Ali dengan Fatimah.

Sejak Rasulullah SAW wafat pada tahun 11 H (632 M), rumah Rasullullah `SAW terbagi dua.Bagian arah kiblat (Selatan) utk makam Rasulullah SAW dan bagian Utara utk tempat tinggal Aisyah.

Sejak tahun 678 H. (1279 M) di atasnya dipasang Kubah Hijau (Green Dome). Dan sampai sekarang Kubah Hijau tsb tetap ada. Jadi tepat di bawah Kubah Hijau itulah jasad Rasullullah SAW dimakamkan. Di situ juga dimakamkan kedua sahabat , Abu Bakar (Khalifah Pertama) dan Umar (Khalifah Kedua) yang dimakamkan di bawah kubah, berdampingan dengan makam Rasulullah SAW.

Keterangan :
Gambar kiri : Foto Kubah Hijau, di bawah kubah hijau adalah Makam Rasulullah SAW.
Gambar kanan : Foto Pintu Masuk ke Makam Rasulullah SAW.

ARAFAH

Arafah merupakan tempat yang sangat penting pada ibadah Haji, dimana di Arafah ini jamaah haji harus melakukan Wukuf. Wukuf merupakan rukun Haji dan tanpa melaksanakan Wukuf di Arafah maka hajinya tidak syah.

Keadaan di Arafah ini merupakan replika di Padang Mahsyar saat manusia dibangkitkan kembali dari kematian oleh Allah SWT.Saat itu semua manusia sama di hadapan Allah SWT, yang membedakan hanyalah kualitas imannya.

Wukuf secara harafiah berarti berdiam diri. Wukuf di Arafah adalah berada di Arafah pada waktu antara tergelincirnya matahari (tengah hari) tanggal 9 Dzulhijah sampai matahari terbenam dengan berpakaian ihram.Pada saat wukuf disarankan untuk memperbanyak doa sambil menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangan. Juga memperbanyak taubat memohon ampunan Allah SWT.Sebab saat wukuf adalah saat yang utama untuk berdoa, memohon ampun dan bertaubat.
Selain itu juga perbanyak ibadah lainnya seperti membaca Al Qur’an, takbir, tahmid, tahlil dsb. Selama wukuf jangan sampai melakukan sesuatu yang tidak pantas atau tidak sesuai dengan kesucian ibadah saat Wukuf.

Adapun keutamaan Arafah adalah sebagaimana sabda Rasulullah SAW ,”Do’a yang paling baik adalah doa di hari Arafah”.
Dalam riwayat lain Rasulullah SAW juga bersabda ,”Tidak ada hari paling banyak Allah menentukan pembebasan hamba-Nya dari neraka kecuali hari Arafah”.

Arafah berjarak sekitar 25 km di sebelah Tenggara Makkah dan merupakan padang pasir yang amat luas dan di bagian belakang dikelilingi bukit-bukit batu yang membentuk setengah lingkaran.Saat ini sudah ditanami dengan pohon-pohon.

Pada musim haji di bawah pohon-pohon inilah dipasang tenda. bagi yang tidak kebagian tenda cukup berteduh di bawah pohon. Untuk mengurangi panas di setiap sekitar 20 meter dipasang pipa setinggi 6 meter yang diatasnya memancar air halus yang mirip gerimis, dengan tujuan menurunan suhu di sekitarnya.

Pancaran air ini sangat bermanfaat dan dapat mengurangi banyaknya jamaah yang terkena high stroke (tiba-tiba lemas karena matahari yang panas)

MUZDALIFAH

Setelah matahari terbenam (mulai masuk tanggal 10 Dzulhijah), dari Arafah berangkat ke Muzdalifah. Sholat Maghrib dan Isya dikerjakan di Muzdalifah dengan cara jama’ takhir qashar.

Muzdalifah terletak antara Arafah dan Mina. Di Muzdalifah ini jamaah haji bermalam (mabit) dan mengambil 70 atau 49 butir batu kecil untuk persiapan lempar jumroh di Mina. Sholat Subuh dilaksanakan berjamaah di Muzdalifah.

Setelah sholat subuh, meninggalkan Muzdalifah menuju Mina untuk melakukan melempar jumroh. Bagi orang tua dan yang lemah/ sakit boleh meninggalkan Muzdalifah pada malam hari setelah lewat tengah malam baru menuju Mina.

MINA

Mina merupakan lokasi di Tanah Haram Makkah (Tanah yang diharamkan bagi orang selain Muslim). Mina didatangi oleh jamaah haji pada tanggal 8 Dzulhijah atau sehari sebelum wukuf di Arafah. Jamaah haji tinggal disini sehari semalam sehingga dapat melakukan sholat Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Subuh. Kemudian setelah sholat Subuh tanggal 9 Dzulhijah, jamaah haji berangkat ke Arafah. Amalan seperti ini dilakukan Rasulullah SAW saat berhaji dan hukumnya sunnah. Artinya tanggal 9 Dzulhijah sebelum ke Arafah, tidak wajib bermalam di Mina.

Jamaah haji datang lagi ke Mina setelah selesai melaksanakan Wukuf di Arafah. Jamaah haji ke Mina lagi karena para jamaah haji akan melempar jumroh. Di Mina ini, pada malam hari tidur dan pada siang hari melempar jumroh. Yaitu tanggal 10,11,12 Dzulhijah bagi jamaah haji yang melaksanakan Nafar Awal atau tanggal 10,11,12,13 dzulhijah bagi jamaah yang melaksanakan Nafar Tsani.Untuk tanggal di atas, amalan bermalam dan melempar jumroh merupakan amalan wajib haji (yang jika tidak dilakukan, harus membayar dam atau denda).

Pada hari-hari biasa di Mina kosong tidak berpenduduk, walaupun terlihat bangunan permanen. Namun pada tanggal 10 Dzulhijah dan beberapa hari sebelumnya dipadati para jamaah haji.

Tanah di Mina tidak boleh dimiliki oleh perorangan, yang boleh adalah menempati untuk keperluan ibadah saja.Sesuai dengan riwayat isteri nabi, Aisyah , “Ya Rasullullah SAW, perlukah kami buatkan di Mina untuk anda berteduh?” , rasul menjawab ,”Jangan, sesungguhnya Mina adalah tempat duduk orang yang lebih dahulu datang”.

Tempat atau lokasi melempar jumroh terdapat di Mina, yaitu Jumrah Aqabah, Jumrah Wusta dan Jumrah Ula.

Mina juga merupakan tempat atau lokasi penyembelihan binatang kurban. Di Mina ada mesjid Khaif, merupakan masjid dimana Rasulullah SAW melakukan shalat dan khutbah ketika berada di Mina saat melaksanakan ibadah haji.

Audi Yudhasmara

0 komentar:

Posting Komentar

Sign in Twitter

Twitter

Sign in to Twitter

If you’ve been using Twitter from your phone, click here and we’ll get you signed up on the web.

Create Your Account

Already using Twitter
from your phone? Click here.

Sign In Facebook

Welcome to Facebook

iklan

Support Palestine